Mohon tunggu...
Helmi Abu Bakar elLangkawi
Helmi Abu Bakar elLangkawi Mohon Tunggu... Penulis - Pengiat Sosial Kegamaan dan Esais di berbagai Media serta Pendidik di Lembaga Pendidikan Islam

Khairunnas Affa' linnas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kerajaan Pedir dan Peran Suku Gayo: Pilar Kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam

19 Oktober 2024   11:01 Diperbarui: 19 Oktober 2024   13:00 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kerajaan Pedir!https://www.kuwaluhan.com

Pada awal abad ke-16, ketika Kesultanan Aceh Darussalam didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah, Pedir menjadi salah satu target pertama dalam upaya penyatuan kerajaan-kerajaan di pesisir utara Sumatra. Sultan Ali Mughayat Syah melihat pentingnya menguasai Kerajaan Pedir untuk memperkuat posisi Aceh sebagai kekuatan maritim yang dominan di wilayah tersebut. Pada tahun 1520-an, Sultan Ali Mughayat Syah berhasil menaklukkan Kerajaan Pedir dan memasukkannya ke dalam wilayah Kesultanan Aceh Darussalam. Setelah itu, Pedir menjadi salah satu wilayah penting dalam struktur kerajaan Aceh, terutama dalam perdagangan lada dan peran militernya.

Peran Strategis Kerajaan Pedir dalam Kesultanan Aceh

Setelah bergabung dengan Kesultanan Aceh, Pedir memainkan peran penting dalam mendukung kekuatan ekonomi dan militer Aceh. Pelabuhan Pedir menjadi salah satu pelabuhan utama yang digunakan oleh Kesultanan Aceh untuk berdagang dengan dunia luar, terutama dengan pedagang dari Timur Tengah, India, dan Asia Tenggara. Lada dari Pedir menjadi salah satu komoditas ekspor utama Aceh, bersama dengan komoditas lainnya seperti emas, timah, dan hasil bumi dari wilayah-wilayah lain di bawah kekuasaan Aceh.

Di bidang militer, Pedir juga berkontribusi dalam pasukan Kesultanan Aceh. Penduduk Pedir dikenal sebagai pelaut dan prajurit yang tangguh, sehingga banyak dari mereka yang direkrut menjadi bagian dari angkatan laut Aceh, yang dikenal kuat dalam melawan Portugis dan kekuatan kolonial lainnya. Angkatan laut Aceh yang terdiri dari prajurit dari berbagai wilayah, termasuk Pedir, memainkan peran penting dalam mempertahankan Selat Malaka dari dominasi Portugis.

Pedir juga menjadi salah satu wilayah yang kaya akan budaya dan agama. Sebagai pusat Islam di wilayah utara Sumatra, Pedir memiliki banyak ulama yang berperan dalam menyebarkan ajaran Islam dan mendidik generasi penerus. Hubungan antara Aceh dan Pedir di bidang keagamaan juga sangat erat, di mana ulama-ulama dari Pedir sering menjadi penasihat sultan-sultan Aceh.

Hubungan dengan Suku Gayo

Suku Gayo yang tinggal di pedalaman Aceh, khususnya di Dataran Tinggi Gayo, memiliki hubungan yang erat dengan wilayah pesisir, termasuk dengan Pedir. Suku Gayo, meskipun tinggal di wilayah pedalaman, sering melakukan perdagangan dengan kerajaan-kerajaan di pesisir, termasuk Pedir. Hasil-hasil pertanian dari Dataran Tinggi Gayo, seperti kopi dan komoditas lainnya, menjadi bagian dari perdagangan yang melibatkan Pedir dan wilayah pesisir lainnya.

Dalam konteks militer, suku Gayo juga berperan dalam membantu pertahanan Kesultanan Aceh, termasuk di wilayah Pedir. Keterlibatan suku Gayo dalam militer Aceh menunjukkan bahwa hubungan antara wilayah pedalaman dan pesisir sangat erat dan saling mendukung dalam mempertahankan kedaulatan Kesultanan Aceh dari ancaman eksternal, terutama dari Portugis dan Belanda.

Kontribusi Ekonomi Pedir dalam Kesultanan Aceh

Kekuatan ekonomi Pedir terletak pada hasil bumi, terutama lada. Lada dari Pedir menjadi komoditas yang sangat dicari di pasar internasional, terutama oleh pedagang dari Arab, Persia, dan India. Perdagangan lada ini memberikan pendapatan yang besar bagi Kesultanan Aceh, yang kemudian digunakan untuk membiayai angkatan laut dan pertahanan kerajaan. Selain lada, Pedir juga menghasilkan berbagai komoditas lain, seperti kemenyan dan emas, yang memperkaya pundi-pundi kerajaan.

Pedir juga memainkan peran penting dalam jaringan perdagangan internasional yang dibangun oleh Kesultanan Aceh. Dengan kontrol atas Pedir, Aceh mampu mendominasi perdagangan di Selat Malaka dan bersaing dengan Malaka yang dikuasai Portugis. Dalam konteks ini, Pedir menjadi salah satu simpul penting dalam perdagangan maritim Aceh, yang menghubungkan Sumatra dengan dunia luar, termasuk dengan Kesultanan Utsmaniyah di Timur Tengah dan kerajaan-kerajaan di India.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun