Mohon tunggu...
Bang Crazy
Bang Crazy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dieseliasi Lokomotif dan Modernisasi Perkeretapian di Awal Era Kemerdekaan

9 Januari 2024   20:29 Diperbarui: 9 Januari 2024   20:56 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kereta api merupakan salah satu moda transportasi massal yang berjalan khusus di atas rel. Bagian-bagian kereta api terbagi menjadi dua bagian, antara lain lokomotif yang merupakan penggerak utama yang terletak di bagian depan kereta dan gerbong atau rangkaian kereta api yang terhubung dengan lokomotif. Kisah penemuan kereta api dimulai di Inggris oleh seorang insinyur bernama Richard Trevithick pada tahun 1804 dan kemudian disempurnakan oleh George Stephenson. 

Kereta api ditemukan bersamaan dengan terjadinya Revolusi Industri di Inggris, sehingga desain kereta uap pertama yang dibuat mengadopsi mesin uap yang ditemukan oleh James Watt pada tahun 1769. 

Di Indonesia, kereta api telah menjadi andalan masyarakat sejak zaman penjajahan Belanda sampai hari ini. Kereta api pertama kali muncul di Indonesia ketika perusahaan kereta api swasta Belanda Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS/NISM) membangun jalur pertama di Indonesia pada tahun 1864 dimulai dari Semarang-Tanggung dan berlanjut ke Surakarta dan Yogyakarta. Kereta api atau lokomotif yang digunakan pada masa penjajahan Belanda menggunakan tenaga uap. 

Pada masa Indonesia pasca kemerdekaan, lokomotif uap tetap digunakan hingga tahun 1980-an, masa sebelum lokomotif diesel mulai populer di berbagai perkeretaapian di Indonesia. Sarana dan prasarana perkeretaapian Indonesia pada masa awal kemerdekaan Indonesia merupakan peninggalan masa penjajahan Belanda, khususnya sarana lokomotifnya. 

Lokomotif yang digunakan pada masa awal kemerdekaan sebagian besar merupakan lokomotif uap, namun kecepatannya tidak sebanding dengan kereta api pada masa kini. 

Selain itu, lokomotif  uap  tahun 1950-an dianggap sudah terlalu ketinggalan zaman, sehingga banyak pabrik  lokomotif di Amerika dan negara-negara Eropa yang berhenti memproduksi lokomotif uap dan beralih memproduksi lokomotif diesel. Maka pada tahun 1980-an, kereta api uap di Indonesia mulai berubah eksistensinya dan digantikan oleh kereta api  diesel. Perhatikan banyak pabrik lokomotif yang berhenti memproduksi lokomotif uap,  setelah pemerintah Indonesia berhasil menasionalisasi perusahaan kereta api milik pemerintah kolonial Belanda saat itu bernama Staatsspoorwegen (SS ) menjadi Badan Penyelenggara Kereta Api Republik Indonesia (DKARI),  pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perkeretaapian Republik Indonesia melakukan modernisasi lokomotif dengan melakukan pembelian lokomotif  diesel yang kemudian disetujui oleh Majelis Umum yang disetujui oleh Presiden RI Ir Soekarno. Lokomotif diesel pertama di Indonesia adalah lokomotif diesel listrik CC200. Lokomotif CC200  dibeli dari pabrik General Electric (AS) pada tahun 1953. 

Sebagai lokomotif diesel pertama di Indonesia, tenaga yang dihasilkan oleh lokomotif ini sangat besar yaitu 1600 tenaga kuda, sehingga lokomotif ini mampu berlari hingga 100 km/jam, kapasitas ini sangat kuat untuk menarik kereta jalan raya lokomotif. Salah satu karir emas lokomotif CC200 adalah  digunakan untuk mengangkut serangkaian barang dari Jakarta ke Bandung yang memuat rombongan peserta Konferensi Asia Afrika  tahun 1955 di Bandung.

Sadar akan keandalan lokomotif diesel, maka pada tahun 1957 Dinas Perkeretaapian Republik Indonesia kembali memesan lokomotif diesel, tepatnya lokomotif BB200, yang didatangkan dari pabrik General Motors, juga dari Amerika Serikat - Amerika. Performa lokomotif BB200 juga bisa dibilang bagus karena lokomotif ini berkapasitas 875 tenaga kuda dan mampu melaju dengan kecepatan maksimal 110 km/jam. 

Berbeda dengan lokomotif CC200, lokomotif BB200 juga didatangkan atau ditempatkan di Pulau Sumatera sebagai pionir modernisasi, sehingga modernisasi lokomotif tidak hanya terjadi di Pulau Jawa saja namun juga di Pulau Sumatera. Kedua lokomotif ini sering melayani kereta penumpang dan barang pada rute-rute besar seperti Patas Bandung, Bintang Senja, Bima, Purbaya serta rangkaian kereta barang seperti kereta pengangkut baja canai, ternak, dan pupuk, Kricak, dll.

Karena kedua lokomotif ini hanya dapat beroperasi pada jalur-jalur besar yang biasa terdapat pada jalur-jalur utama seperti jalur Jakarta-Surabaya melalui Semarang atau Jakarta-Surabaya melalui Yogyakarta, hal ini berarti kedua lokomotif tersebut tidak dapat melaju. Berkapasitas masing-masing 96 ton dan 72 ton, jalur cabang seperti jalur Yogyakarta-Palbapang atau jalur yang menggunakan jalur kecil masih dilayani oleh lokomotif uap kecil warisan Belanda, sedangkan lokomotif CC200 dan BB200 tidak dapat masuk. dengan berat ini. 

Dengan banyaknya jalur cabang yang menggunakan jalur kecil dan kapasitas kerja kereta uap yang semakin menurun dibandingkan kereta diesel, satu tahun setelah kemunculan lokomotif BB200, Kementerian Perkeretaapian Republik Indonesia kembali memerintahkan lokomotif baru yang beroperasi pada jalur kecil harus diatasi. Masalah pada jalur cabang ini. Tepatnya pada tahun 1958, lokomotif baru didatangkan dari pabrik di Jerman yaitu lokomotif BB300 dari pabrik Krupp. 

Lokomotif BB300 mampu berjalan pada lintasan kecil yang biasa terdapat pada jalur cabang pada saat mengangkut penumpang atau barang dalam jumlah besar, dan juga dapat digunakan untuk memindahkan beban berat. Lokomotif BB300 juga ditempatkan di Pulau Sumatera seperti halnya lokomotif BB200, sehingga diperkenalkan juga lokomotif BB300 sebagai pionir modernisasi lokomotif di Pulau Sumatera khususnya di Sumatera Utara dan Sumatera Barat. 

Dari segi performa, lokomotif ini mempunyai kapasitas 680 tenaga kuda dan mampu mencapai kecepatan maksimal 75 km/jam, performa tersebut cukup bagi Lokomotif BB300 untuk mencapai siding karena beberapa siding menggunakan jalur kecil dan banyak jalur percabangan. Berdekatan dengan jalan raya seperti pada jalur Purwosari-Solo Kota, memaksa kereta api melaju pelan. Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa dieselisasi merupakan upaya Badan Perkeretaapian Republik Indonesia dalam memodernisasi perkeretaapian di Indonesia. 

Selama ini keberadaan dieselisasi memberikan dampak transformatif bagi Perkeretaapian Indonesia. Contoh perubahan tersebut adalah peningkatan fasilitas perkeretaapian Indonesia dari penggunaan lokomotif uap menjadi lokomotif diesel, serta peningkatan fasilitas perkeretaapian untuk angkutan penumpang dan barang, modernisasi, peningkatan jumlah dan kuantitas lokomotif diesel pada tahun-tahun berikutnya dan peningkatan kecepatan operasional kereta api. 

Selain itu juga dilakukan pembenahan infrastruktur perkeretaapian seperti perbaikan rel dan bantalan, peningkatan kualitas bangunan stasiun, dan lain-lain. Perubahan tersebut terjadi secara bertahap, sehingga Perkeretaapian Indonesia kini telah berkembang dan pada akhirnya sarana dan prasarana Perkeretaapian Indonesia saat ini layak digunakan sebagai angkutan umum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun