“ Yaa siap seperti mereka” tukasku.
“Menikah?” godanya lagi.
“ Iya lah apalagi “ kali ini jawabku pasti.
“ Yaa udah loe lamar aja “ katanya.
“Siapa” kali ini dahiku berkontribusi membuat beberapa garis sejajar.
“ Pacar loe lah.. Calon istri “ Wahyudin memperjelas kata-katanya. Hampir aku jitak si Wahyudin ini, posisi jari-jariku sudah mengincar sasaran dengan pas. Wahyudin adalah sahabatku sejak SMU dan dia tahu bahwa aku tak mau pacaran. Pernah sih waktu SMP demen-demenan yang orang bilang Cinta Monyet, akhirnya cinta gak jelas jadilah kita monyetnya. Hehehe.
“ Loe tau gw gak pacaran bro.. “ jawabku.
“ Terus gimana?? Mau gw cariin? Cepe duuluuu Den“ godanya dengan gaya Pak Ogah.
Aku hanya tertawa, tidak jadi menjitak kepalanya.
“ Iya lah saudaraku yang kereeen. Temanmu ini Insya Alloh sudah siap. Kita sama-sama tahu kah, kalau sudah siap hukumnya menjadi wajib. Kalau loe gak mau membantu maka loe ikut berdosa” jawabku menahan senyum tapi dengan tatapan serius.
“ Insya Alloh gw bantu bro. Dua minggu lagi kita ketemu di sini lagi yaa. Minggu depan gw ujian” jawabnya.