Saudaraku, cepat sekali ya waktu berlalu. Mengalir laksana air yang terus menemukan daratan terendah, tak pernah berhenti. Seolah-olah baru kemarin bulan Ramadan membuka dan mayoritas Muslimin menyambut dengan bahagia. Baru kemarin mereka berjamaah melaksanakan shalat Tarawih, dan beramai-ramai ngabuburit pada sore hari memenuhi jalan-jalan, lalu berbahagia saat menyambut azan maghrib.
Saudaraku, waktu tak dapat ditunda dan tak dapat ditahan. Tidak ada seorang pun yang mampu mengulang waktu. Bulan Ramadan ternyata sudah berada di ujungnya. Malam ini takbir berkumandang sahut-sahutan dari setiap masjid di kota Bandung. Esok, aura Idul Fitri sudah siap bermekaran. Menyambut pahala-pahala akan perjuangan umat Muslimin selama sebulan.
Ada sebagian masyarakat yang berhasil menjalankan puasa dengan baik, tetapi tidak menutup kemungkinan ada sebagian yang masih berkubang dengan maksiat. Ada sebagian masyarakat yang begitu mudah mendapatkan rezeki selama bulan Ramadan, tetapi tidak sedikit yang meski sudah membanting tulang tetapi rezeki yang datang dirasa kurang saja. Allahu Akbar.
Saudaraku, usia manusia terus berkurang. Perjalanan setiap diri makin mendekat pada liang lahat. Ada sebagian manusia yang memanfaatkan waktunya dengan hal-hal baik tetapi ada juga manusia yang terus saja menumpuk diri dengan dosa dan kesalahan. Entah pada golongan mana kita berada. Semoga saja ... ya Rabb, kita semua masuk ke dalam golongan yang akan berbahagia di akhirat nanti.
Saudaraku, sosok itu pernah menulis kisah tentang Seorang Perempuan Tua menjelang lebaran. Bisa jadi bagi sebagian orang yang membacanya, perempuan tua itu adalah orang yang tidak beruntung. Akan tetapi bagi sebagian yang lain, perempuan tua itu adalah seorang yang sangat beruntung karena telah membantu sang anak kecil. Wallahu'alam.
Rasulullah saw. pernah mengatakan dalam sebuah haditsnya bahwa perjalanan waktu kehidupan itu seperti perjalanan seorang musafir yang hanya berhenti sejenak di bawah pohon. Musafir yang hanya berhenti sejenak melepas lelah, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan panjangnya. Umur manusia itu akan mencair seperti mencairnya es. Begitu cepat dan tidak disadari oleh manusia.
Saudaraku, kesengsaraan adalah titik relatif yang bisa dibaca bermacam-macam. Begitu pula dengan kebahagiaan. Seseorang yang memiliki uang sepuluh ribu bisa jadi adalah orang yang berbahagia karena kesehariannya sulit memiliki uang lebih dari lima ribu. Namun bagi seseorang yang lain, memiliki uang sepuluh ribu adalah kesengsaraan karena kesehariannya biasa berfoya-foya.
Selalu bersyukurlah dengan apa yang ada di hadapan. Selalu berbahagia dengan apa yang sudah didapatkan dengan cara halal. Melapangkan hati jauh lebih mudah daripada memuaskan hawa nafsu. Garam segenggam akan terasa asin jika dimasukkan ke dalam mangkuk kecil. Akan tetapi garam segenggam itu itu tidak akan terasa apa-apa jika dimasukkan ke dalam danau yang luas.
Wadah air sebesar mangkuk atau seluas danau itu adalah laksana hati. Hati yang luas tidak akan merasakan asinnya atau pahitnya kehidupan. Akan tetapi hati yang kecil atau sempit, jelas akan merasakan asinnya atau pahitnya kehidupan. Lihatlah betapa kehidupan itu sangat relatif, tinggal bagaimana manusia bisa menerimanya. Dan bulan Ramadan kemarin adalah ujian untuk hati manusia.
Ya saudaraku, bulan Ramadan adalah ujian terbaik yang diberikan Allah Swt. pada setiap hamba-hamba-Nya. Apakah endingnya akan menjadi manusia yang penuh bersyukur dan ikhlas atau apakah malah menjadi manusia yang terus-terusan mengeluh? Jika penuh rasa syukur, maka lebaran esok hari tentu akan membahagiakan karena bisa berkumpula dengan keluarga besarnya.
Namun kalau tidak ada rasa syukur itu, maka lebaran esok akan terasa menyakitkan. Penuh kesengsaraan yang seolah-olah tidak bertepi. Saudaraku, semoga Allah terus memberkahi sisa usia kita. Semoga kecepatan umur dan waktu hidup kita diimbangi oleh kebaikan-kebaikan yang terus disebar. Bahwa usia kita yang terbatas dapat melindungi diri ini dari beratnya azab dan siksa Allah Swt.