"Bi, habis makan, aku boleh main ya?" tanya Adik Anin. Sosok itu menoleh, lalu tersenyum. "Nanti bekas makannya diletakkan ke tempat cucian piring ya ... jangan dibiarkan tergeletak begitu saja di atas meja. Mengundang semut," ujarnya kemudian.
Taklama suara denting sendok terdengar beradu dengan lantai. Takhanya satu. Tampaknya bukan sekadar sendok jatuh, tetapi juga termasuk garpunya. "Hati-hati jalannya, Diiik," agak tinggi sosok itu bersuara. "Maaf, Bi. Untung bukan piringnya yang jatuh," jawab Adik Anin kemudian terkekeh. Sosok itu menarik nafas panjang, lalu berdiri.
Setelah Adik Anin selesai meletakkan piring dan perkakasnya di tempat cucian piring, sosok itu memanggilnya. Ingin marah, tetapi sebaik mungkin ditahan. "Dik, bukan begitu cara bicaranya," ujarnya sambil terus berusaha menenangkan diri. "Barang apapun yang jatuh, itu namanya musibah. Kalau terkena musibah ya harus baca Innalillah wa inna ilaihi rajiun atau bisa disingkat dengan membaca astaghfirullah al-adzim."
Dia menarik nafas. "Ya memang untung hanya sendok dan garpu yang jatuh karena terbuat dari stainless steel, bukan piring yang terbuat dari kaca. Sendok dan garpu berbahan kuat sedangkan piring akan pecah menjadi beling. Lain kali hati-hati ya, Dik."
BAHAN TAMBANG DI SEKITAR KITA
Tahukah kamu kalau bahan baku stainless steel dan kaca itu adalah bahan tambang? Bahan pembentuk stainless steel adalah perpaduan mangan dan sedikit aluminium. Sedangkan bahan pembuat kaca adalah perpaduan pasir kuarsa, batu gamping, dan bahan-bahan lainnya.
Mangan, aluminium, pasir kuarsa, dan batu gamping adalah beberapa contoh bahan tambang. Di luar sana masih ada nikel, batubara, perak, tembaga, emas, nikel, timah, dan lain sebagainya. Bagaimana sih keberadaan bahan-bahan tambang itu bagi kehidupan manusia?
Ambil salah satu contoh saja ya ... misalnya tembaga. Tembaga yang memiliki lambang kimia Cu adalah logam lunak berwarna jingga mendekati merah. Mineral ini telah memberikan kontribusi penting dalam sejarah kemajuan manusia sejak awal peradaban karena tembaga adalah salah satu logam pertama yang diambil dan digunakan oleh manusia.
Tembaga banyak digunakan dalam dunia industri, infrastruktur, otomotif, dan rumah tangga. Tembaga adalah bahan dasar kabel, atap rumah atau gedung, pipa, dan bisa dijadikan logam campuran dengan perunggu atau kuningan. Dalam telepon genggam ada 16 gram tembaga. Dalam laptop ada 0,7 gram tembaga. Mobil memiliki 22 kg tembaga dan 1,6 km kabel.
Pesawat terbang memiliki 4 ton tembaga dan 193 km kabel. Sementara kereta listrik memiliki 1 ton tembaga. Wow! Ada data yang berhasil dikumpulkan bahwa rumah tangga di negara maju itu rata-rata menggunakan 200 kg tembaga. Sedangkan satu orang yang tinggal di kota maju ternyata mengkonsumsi 424 kg tembaga dalam hidupnya.
Tuh kan? Itu baru satu bahan tambang bernama tembaga. Belum yang lainnya.
Kenapa sih tiba-tiba sosok itu berbicara soal bahan tambang? Jadi begini, pada hari Sabtu kemarin (19/1/2019), sosok itu kebetulan diajak main ke Museum Geologi Bandung. Museum yang sudah dikenal dengan beberapa koleksi fosil hewan purba dan bebatuan alam itu ternyata menampilkan hal baru pada hari itu.
Ya, Asosiasi Pertambangan Indonesia atau Indonesian Mining Association (API/IMA) bekerja sama dengan Museum Geologi mengadakan serangkaian kegiatan yang bertemakan "Mining for Life", sebuah program edukasi tambang yang dikemas secara menarik dan ringan. Tujuannya untuk mengajak masyarakat umum lebih mengenal tambang dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Mining for Life? Apaan tuh? Jadi gini ... hampir seluruh aspek dalam kehidupan dan kegiatan manusia sehari-hari itu ternyata dipermudah dengan adanya elemen yang dihasilkan oleh tambang. Beberapa contohnya seperti tembaga sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya.
Ada juga perak yang bisa dibuat menjadi CD sebagai penyimpanan data, baterai, film negatif, mesin jet, sarung tangan, konduktor listrik pada TV atau mobil/motor, plastik, deterjen, penghias makanan, dan penambal gigi. Ada aluminium yang digunakan sebagai bahan dasar otomotif, wadah kaleng, perabotan rumah tangga, dan bahan bangunan.
Kesimpulannya ... 'Mining for Life' itu memang benar adanya karena kesediaan mineral merupakan salah satu komponen penting bagi kemajuan standar hidup dalam kehidupan global. Sektor pertambangan di Indonesia telah memberikan banyak sekali manfaat, baik untuk kepentingan negara ataupun masyarakat.
Inilah yang harus digarisbawahi pada acara 'Mining for Life' di Museum Geologi kemarin. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak dan para remaja juga diajak 'Melek terhadap Dunia Pertambangan' dengan tampilan yang menyenangkan. Anak-anak bisa mewarnai. Para remaja bisa melihat bagaimana lapisan bumi dan batu-batu mana saja yang bisa diambil.
Fosil-fosil hewan purba yang ditemukan saat proses penambangan diselamatkan. Tumbuhan dan hewan dikonservasi agar tidak punah dengan menempatkan mereka pada tempat yang baru dan memadai. "Acara ini diharapkan bisa memberikan gambaran positif mengenai pertambangan melalui peran dan praktik-praktik pertambangan yang benar dan berkelanjutan (sustainable and good mining practice)," tegas Ido Hutabarat, Ketua IMA.
Ya, masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa pertambangan itu hanya merusak alam. "Masyarakat juga perlu mengetahui secara berimbang bahwa untuk dapat melakukan aktivitas pertambangan, perusahaan wajib tunduk pada rangkaian prosedur pertambangan berkelanjutan yang diawasi dengan ketat oleh pemerintah," sambung Tony Wenas, Sekjen IMA.
PT Freeport Indonesia yang belakangan ini paling disorot oleh media ternyata tidak melulu mengeksploitasi alam Papua. Hasil tambang utama mereka pun tidak hanya berupa emas. Dari satu ton batu yang diambil, mengandung 10 kg tembaga. Sisanya adalah emas yang hanya sekira 1 gram, dan juga 4 gram perak.
Dari lahan seluas 292.000 hektar yang dikontrak di Provinsi Papua, hanya 9% saja yang digunakan untuk kegiatan produksi dan ekstraksi mineral. Sisanya yang memiliki tingkat endemis tinggi dan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di Asia Tenggara dikonservasi dengan sebaik-baiknya.
Bersama para pakar Indonesia dan internasional, PT Freeport Indonesia terus menjalankan program pemantauan lingkungan yang mencakup survei flora dan fauna secara ekstensif di dalam berbagai rentang habitat berbeda. Mereka sudah memiliki SOP untuk pengelolaan keanekaragaman hayati.
Mereka pun bekerjasama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Wilayah Papua dan Kementerian Lingkungan Hidup melepasliarkan 1.354 labi-labi (kura-kura) moncong babi ke habitat asalnya di area Taman Nasional Lorentz. Makanya gak heran dong kalau mereka pernah menerima sertifikasi Wildlife at Work (2011) dan dinominasikan untuk penghargaan Corporate Land for Learning Rookie of the Year (2012) dari Wildlife Habitat Council (WHC) Amerika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H