Tuh kan? Itu baru satu bahan tambang bernama tembaga. Belum yang lainnya.
Kenapa sih tiba-tiba sosok itu berbicara soal bahan tambang? Jadi begini, pada hari Sabtu kemarin (19/1/2019), sosok itu kebetulan diajak main ke Museum Geologi Bandung. Museum yang sudah dikenal dengan beberapa koleksi fosil hewan purba dan bebatuan alam itu ternyata menampilkan hal baru pada hari itu.
Ya, Asosiasi Pertambangan Indonesia atau Indonesian Mining Association (API/IMA) bekerja sama dengan Museum Geologi mengadakan serangkaian kegiatan yang bertemakan "Mining for Life", sebuah program edukasi tambang yang dikemas secara menarik dan ringan. Tujuannya untuk mengajak masyarakat umum lebih mengenal tambang dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Mining for Life? Apaan tuh? Jadi gini ... hampir seluruh aspek dalam kehidupan dan kegiatan manusia sehari-hari itu ternyata dipermudah dengan adanya elemen yang dihasilkan oleh tambang. Beberapa contohnya seperti tembaga sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya.
Ada juga perak yang bisa dibuat menjadi CD sebagai penyimpanan data, baterai, film negatif, mesin jet, sarung tangan, konduktor listrik pada TV atau mobil/motor, plastik, deterjen, penghias makanan, dan penambal gigi. Ada aluminium yang digunakan sebagai bahan dasar otomotif, wadah kaleng, perabotan rumah tangga, dan bahan bangunan.
Kesimpulannya ... 'Mining for Life' itu memang benar adanya karena kesediaan mineral merupakan salah satu komponen penting bagi kemajuan standar hidup dalam kehidupan global. Sektor pertambangan di Indonesia telah memberikan banyak sekali manfaat, baik untuk kepentingan negara ataupun masyarakat.
Inilah yang harus digarisbawahi pada acara 'Mining for Life' di Museum Geologi kemarin. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak dan para remaja juga diajak 'Melek terhadap Dunia Pertambangan' dengan tampilan yang menyenangkan. Anak-anak bisa mewarnai. Para remaja bisa melihat bagaimana lapisan bumi dan batu-batu mana saja yang bisa diambil.
Fosil-fosil hewan purba yang ditemukan saat proses penambangan diselamatkan. Tumbuhan dan hewan dikonservasi agar tidak punah dengan menempatkan mereka pada tempat yang baru dan memadai. "Acara ini diharapkan bisa memberikan gambaran positif mengenai pertambangan melalui peran dan praktik-praktik pertambangan yang benar dan berkelanjutan (sustainable and good mining practice)," tegas Ido Hutabarat, Ketua IMA.
Ya, masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa pertambangan itu hanya merusak alam. "Masyarakat juga perlu mengetahui secara berimbang bahwa untuk dapat melakukan aktivitas pertambangan, perusahaan wajib tunduk pada rangkaian prosedur pertambangan berkelanjutan yang diawasi dengan ketat oleh pemerintah," sambung Tony Wenas, Sekjen IMA.