Lapar menghampiri, dan ini sudah saatnya untuk makan siang. Beres berjalan-jalan di Hutan Mangrove, rombongan #BlogTrip bergerak ke Lagoi Plaza. Inilah mal satu-satunya di Pulau Bintan dengan fasilitas rumah makan, pertokoan, dan juga Pasaraya. Tempatnya sendiri ada di sebelah Hotel Swiss-Bel. Mampir ke salah satu restoran, ternyata mendapatkan menu yang tidak jauh berbeda dengan menu di The Kelong. Ada beberapa menu seafood yang disajikan satu persatu. Yang jelas dijamin kenyang dan langsung mengusap perut.
Hanya saja sayang tidak ada gong-gong, dan kepitingnya pun disajikan dengan bumbu yang berbeda. Tapi lebih enak dibandingkan The Kelong. Bagi sosok itu, ada satu hal yang istimewa di Lagoi Plaza, yaitu adanya gerbang finish ajang Ironman. Ironman adalah salah satu pertandingan olahraga triathlon mulai dari berenang, bersepeda, hingga lari. Dia suka ketiga-tiganya. Dan triathlon adalah sebuah mimpi. Sebuah doa. Sebuah harapan. Bahwa suatu saat nanti bisa kembali ke Pulau Bintan sebagai peserta Ironman. Amiiin.
Saat datang ke sana, sosok itu (bersama rombongan Kompasianer, Kementerian Pariwisata dan Indonesia Travel) melihat bahwa pembangunan tahap satu sudah dimulai. Sudah ada kamar-kamar penginapan Canopi yang berhadapan langsung dengan Crystal Lagoon seluas 6,3 hektar. Inilah kolam air laut yang digadang-gadang sebagai yang terluas dan pertama di Asia Tenggara.
Kelebihan dari Crystal Lagoon selain luasnya adalah air laut yang digunakan sudah diproses sedemikian rupa sehingga tampak bening/jernih seperti kristal dan menyehatkan. Di kolam raksasa ini tersedia berbagai macam olahraga air, atraksi, dan aktivitas hiburan air lainnya. Lantai dasarnya terbuat dari bahan semacam fiber yang aman untuk kaki (plus tidak licin) dan juga tidak ada hewan-hewan laut, sehingga dijamin keamanannya. Siapa pun bisa berenang, bermain kayak, bersepeda air, atau bahkan berperahu selancar.
Aktivitas lainnya adalah cable ski, shotover canyon swing, bungee jumping, dan water ZOVB. Penginapan Canopi berbentuk seperti tenda raksasa yang di dalamnya sudah tersedia satu tempat tidur besar, sofa, dan berbagai kebutuhan lainnya seperti halnya di kamar hotel. Desain perabotannya unik dan tidak ada duanya. Kamar mandinya dibuat dengan konsep outdoor tetapi tetap terjaga privasinya. Jelas berbeda dan tidak bisa dibandingkan dengan kamar hotel. Benar-benar eco-friendly.
Penggunaan energinya juga efisien, yaitu hanya mengkonsumsi 2% dari energi yang dibutuhkan jika dibandingkan dengan kolam renang konvensional. Jelas bahwa teknologinya sustainable dan aman bagi lingkungan. Kendaraan yang beroperasi di sekitarnya pun dibuat ramah lingkungan. Kendaraan beroda seperti segway, motor, dan mobil menggunakan tenaga listrik. Kapal ferry kecil sebagai kendaraan operasional juga menggunakan tenaga sinar matahari.
Bagaimana dengan lokasinya? Bayangkan saja, hanya 50 menit dari Singapura dengan menggunakan kapal ferry dan 75 menit atau bahkan kurang dari Bandara Raja Haji Fisabilillah dengan mobil. Namun sayang, karena waktu yang amat terbatas sosok itu tidak bisa menikmati kolam renang raksasa tersebut. Dia sudah harus meninggalkan tempat tersebut pukul 08.00 keesokan harinya. Mau berenang malam, khawatir sakit karena tubuh yang sudah lelah. Mau berenang pagi, hujan turun lumayan deras.
Untunglah sore hari menjelang maghrib dia masih sempat mencoba motor listrik dan sekuter beroda dua bernama Segway yang dikendalikan oleh tubuh. Kalau di Nirwana Gardens ada juga yang mirip, namanya Ninebot. Ramelah pokoknya. Paling tidak itu sudah bisa menutupi penyesalannya tidak sempat berenang di Pulau Bintan. Kapan lagi ya bisa ke sana?[]