Dua ekor tupai melompat cepat. Berlari dengan lincah di atas dahan, lalu melompat begitu saja ke dahan lainnya. Entah sudah berapa pohon yang telah mereka lewati. Sambil berlari, mereka berdua membawa setangkai ranting dengan daun lebar di ujungnya: bertuliskan Macan atau Mati.
“Cepat! Nanti kita ketinggalan!” teriak tupai yang paling depan. “Ya, pertarungan ini tak boleh dilewatkan begitu saja. Buah kenari bisa menunggu,” sahut Tupai Kedua mencoba menyusul. “Jika berhasil mengalahkan Beruang Madu, kemampuan Macan sudah tidak perlu diragukan lagi meski tak diakui sebagai jawara hutan,” toleh Tupai Pertama tersenyum.
Sampai di suatu tempat, keduanya berhenti. Bola mata mereka hampir saja keluar saat mengetahui tanah lapang di hadapan mereka lengang. Keduanya pun saling memandang. Nafas mereka yang tadi sengal, kini raib.
“Pertarungannya dibatalkan,” kata Ulat Bulu sambil asyik mengunyah daun tepat di atas kedua tupai tersebut. Mereka berdua mendongak. “Kenapa dibatalkan?” tanya Tupai Pertama. “Itulah,” jawab Ulat Bulu santai, “Beberapa anak macan membuat ulah lagi. Mereka telah merusak ladang-ladang manusia di tepi hutan. Tak ayal lagi, raja hutan pun melarang pertarungan ini demi keselamatan seluruh warga hutan.”
Kedua tupai saling memandang, lalu menunduk berkabut. Tanpa sadar, tangkai daun yang mereka bawa pun jatuh melayang. Angin pun mengabarkan bahwa yang sedang berkabut bukan hanya mereka berdua saja, tapi hampir seluruh warga hutan.[]
NB: Polisi tidak mengizinkan pertandingan Persib Bandung vs Persiba Balikpapan pada 26 Mei 2010 nanti di Stadion Siliwangi, Bandung. Penyebab utamanya adalah adanya oknum bobotoh yang telah meresahkan warga Bandung dengan merusak puluhan rumah di sepanjang Jl. Cikudapateuh setelah Persib menang 1-0 melawan Sriwijaya FC pada 17 Mei 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H