Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sejarah Pengasingan dan Sekelumit Kisah tentang "Mereka" yang Termarginalkan di Indonesia

31 Agustus 2022   09:00 Diperbarui: 31 Agustus 2022   09:01 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan panjang perjuangan bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan senantiasa menghadapi tantangan. Bukan hanya dari pihak bangsa penjajah dalam hal ini Belanda, Jepang, Portugis, dan Inggris saja, namun hambatan tersebut juga hadir dari dalam negeri. Dimulainya  awal kebangkitan kaum muda dalam membangun dan menjalankan cita-cita bangsa untuk menjadi bangsa yang merdeka pada sekitar awal abad ke-20 telah banyak mengingatkan banyak orang bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang masyarakat di dalamnya tak pernah melupakan sejarahnya. 

Akan tetapi, dalam proses perjalanan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka khususnya pada masa pemerintahan awal orde lama hingga masa rezim orde baru banyak peristiwa pengasingan yang dialami tokoh-tokoh nasionalis yang dilatarbelakangi faktor politis, kepentingan penguasa, tuduhan makar, keterlibatan terhdap golongan kiri, dan lain sebagainya. Siapa sajakah mereka? Berikut penjelasannya.

Ir. Soekarno (kisah bersejarah dari tanah Ende)

(https://www.semedan.com/2016/08/rumah-pengasingan-soekarno-di-parapat.html)
(https://www.semedan.com/2016/08/rumah-pengasingan-soekarno-di-parapat.html)

Pengasingan Ir. Soekarno diawali dengan pertemuan politik di rumah Muhammad Husni Thamrin di Jakarta, pada tanggal 1 Agustus 1933. Ir Soekarno ditangkap seorang Komisaris Polisi ketika ke luar dari rumah Muhammad Husni Thamrin dan kemudian di penjarakan selama delapan bulan tanpa proses pengadilan. Pada 28 Desember 1933 Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, De Jonge, mengeluarkan Surat Keputusan Pengasingan Ir. Soekarno ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.  Salah satu hal yang bersejarah selama masa pengasingan Ir. Soekarno di Ende dalam kurun waktui 1934-1938, Ir Soekarno mampu menggali pemikirannya di bawah pohon sukun terkait dasar negara yang kemudian pada tahun 1945 diurumuskan menjadi Pancasila.

Mohammad Hatta (Sumpah Pemuda 1928)

(https://www.semedan.com/2016/08/rumah-pengasingan-soekarno-di-parapat.html)
(https://www.semedan.com/2016/08/rumah-pengasingan-soekarno-di-parapat.html)

Bung Hatta yang lahir pada 12 Agustus 1902 dan wafat pada 14 Maret 1980 pernah mengalami peristiwa pengasingan. Hal tersebut terjadi kala aktivitas politik yang ia geluti selama menjalani pendidikan di Handels Hooge School Roterdam, Belanda. Bung Hatta pernah menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia pada 1926 hingga 1930. Akibat manuvernya dalam kegiatan politis tersebut, ia dipenjara di Penjara Den Haag pada November 1927 dan dibebaskan pada Maret 1928. Atas dasar peristiwa tersebutlah, Mohammad Hatta menjadi inspirasi dari diresmikannya Sumpah Pemuda pad 28 Oktober 1928.

Sutan Sjahrir (KMB Den Haag 1949)

(https://tirto.id/hari-hari-terakhir-sutan-sjahrir-guiD)
(https://tirto.id/hari-hari-terakhir-sutan-sjahrir-guiD)

Pria kelahiran Padang Panjang, 5 Maret 1909 ini pernah menjalani proses pengasingan pada tahun 1934 hingga 1942. Pada periode tersebut, ia dikenal dan pernah menjalankan segala aktivitas politik bersama PNI dan bermitra dengan kompatriotnya yakni Mohammad Hatta. Namun pada saat Jepang datang, Sjahrir pun dibebaskan. Pada November 1945, ia pernah ditunjuk sebagai perdana menteri dan pada periode itu pula ia sering diamanahkan untuk memimpin Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, pada Desember 1949.

Tan Malaka (Naar de Republik)

(https://www.dw.com/id/tan-malaka-hantu-republik-yang-tak-bisa-digebuk/a-38997424)
(https://www.dw.com/id/tan-malaka-hantu-republik-yang-tak-bisa-digebuk/a-38997424)

Kisah awal dari seorang tokoh kelahiran Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1987. Ia kembali di Indonesia setelah mampu menyelesaikan masa studi dari Belanda. Namun, setelah kembalinya dari Belanda, Tan Malaka yang terlibat aktif dalam berbagai kegiatan aksi buruh ia diasingkan ke Belanda pada 1922.

Walau terkenal dengan ragam kontroversi dan mengalami pengasingan selama kurang lebih 20 tahun, Tan Malaka mampu menjadi pionir dari tergagasnya sebuah konsep negara republik bagi Indonesia. Hal tersebut tertulis dalam buku karyanya pada tahun 1925 yang berjudul "Naar de republik".

Pangeran Diponegoro

(https://www.liputan6.com/news/read/4979750/sederet-hobi-dan-fakta-mengejutkan-kisah-pangeran-diponegoro)
(https://www.liputan6.com/news/read/4979750/sederet-hobi-dan-fakta-mengejutkan-kisah-pangeran-diponegoro)

Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwono III, raja ketiga kesultanan  Yogyakarta. Pangeran Diponegoro pernah mengalami proses pengasingan lantaran menentang pemerintahan Kolonial Belanda. atas dasar sikapnya yang menentang pemerintahan Kolonial Belanda tersebut, ia justru berhasil mendapatkan simpati dan dukungan rakyat. Belanda harus membayar mahal perlawanan Diponegoro karena belasan ribu tentara tewas dan mereka juga mengalami kerugian 25 juta gulden atau setara U$2,2 miliar saat ini. 

Ki Hadjar Dewantara (Bapak Pendidikan Indonesia)

(https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/15/141350179/ki-hadjar-dewantara-kehidupan-kiprah-dan-semboyannya?page=all)
(https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/15/141350179/ki-hadjar-dewantara-kehidupan-kiprah-dan-semboyannya?page=all)

Diasingkannya Ki Hajar Dewantara ke Belanda pada September 1913. Sempat direncanakan akan diasingkan ke Pulau Bangka bersama dua orang sahabatnya yakni Eduard Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo yang dibuang ke dua tempat berbeda mereka justru dipindahkan ke Belanda. Terjadinya peristiwa pengasingan tersebut, diakibatkan karena protes dari Ki Hadjar terkait perayaan Belanda atas keberhasilannya meraih usia satu abad kemerdekaan Belanda. Singkat cerita, kritik pun dilayangkan ke pihak Belanda melalui tulisannya di sebuah surat kabar yang berjudul Als ik een Nederlander Was. Selama menjalani kegiatan pengasingan tersebu, Ki Hadjar berhasil mencetuskan sebuah filosofi pendidikan among yang hingga saat ini digunakan dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)

(https://www.denniszill.com/indah-20-kata-kata-buya-hamka-tentang-hidup-ilmu)
(https://www.denniszill.com/indah-20-kata-kata-buya-hamka-tentang-hidup-ilmu)

Buya Hamka dikenal luas oleh masyarakat Indonesia sebagai ulama besar kelahiran Sungai Batang,  17 Februari 1908. Ulama yang bergelar Profesor ini pernah  mengalami masa-masa kelam kala mengalami proses pengasingan pada rezim Sekarno. Pada 27 Januari 1964 Buya Hamka ditangkap dan dipenjara dengan tuduhan penghianat bangsa.  Namun, walau terkesan dimusuhi oleh para penguasa, Buya Hamka tetaplah Buya Hamka ia yang dikenal dengan kualitas keilmuannya dan pemikirannya dalam bidang keagaamaan membuatnya tak merasa dendam dan justru pada satu waktu ia menyempatkan diri menjadi imam kala menyolati jenazah Soekarno dan ceritanya dikenang hingga saat ini.

Pramoedya Ananta Toer (Pulau Buru dan Diburu)

((https://www.bola.com/ragam/read/4287156/45-kata-kata-bijak-pramoedya-ananta-toer-menginspirasi-dan-jadi-anuta)
((https://www.bola.com/ragam/read/4287156/45-kata-kata-bijak-pramoedya-ananta-toer-menginspirasi-dan-jadi-anuta)

10 tahun menjalani proses pengasingan dari tahun 1969 hingga 1979 membuat Pramoedya Ananta Toer semakin banyak belajar terhadap praktik ketidakadilan di Indonesia khususnya dalam masa rezim orde lama dan orde baru. Ia yang diasingkan ke Pulau Buru tanpa proses peradilan menjadi saksi dari perjuangannya menjadi tahanan politik masa orde lama dan orde baru. Di tengah keterbatasan dan kekurangannya ia berhasil menerbitkan karya ikonik yakni Tetralogi Pulau Buru dan beberapa karya lainnya.

Itulah beberapa kisah pengasingan yang dialami oleh para tokoh perjuangan Indonesia. Walau di tengah keterbatasan dan masa penahanan, mereka tetap mampu memberikan pelajaran berharga bagi kita selaku generasi penerus bahwa semangat membangun bangsa ke arah masa depan yang lebih baik harus terus dihidupkan dan dilanjutkan.

#salamLiterasi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun