Sementara latar belakang suku dari masyarakat Obi yang hidup di Pulau tersebut terdiri dari suku Buton, suku Tobelo-Galela, Ternate, Tidore, Makian-Kayoa, Bugis, Makassar, dan Jawa.
Pulau Obi sendiri jika dilihat dari potensi sumber daya alam yang terdapat di sana, sektor tambang menjadi salah satu sektor yang sejak beberapa tahun terakhir kerap dikembangkan secara masif.Â
Potensi sumber daya alam sektor tambang yang terdapat di sana antara lain emas, batubara, nikel, semen, minyak bumi dan lain sebagainya. Karena besarnya potensi sumber daya alam sektor tambang tersebut, sehingga dijadikan sebagai salah satu kontribusi pendapatan daerah Halmahera selatan.
Tambang Nikel Pulau Obi
Salah satu perusahaan terbesar yang berhasil mewadahi beberapa anak perusahaan di sana yakni Harita Group menjadi salah satu perusahaan besar yang memilki andil besar terhadap pengelolaan dan pengolahan pabrik nikel di Obi.Â
Industri Nikel yang ada di daerah tersebut telah bergerak sejak tahun 2018. Desa Kawasi menjadi saksi hidup dari perjalanan panjang jejak perusahaan tersebut berhasil menancapkan pondasi pertamanya dalam upaya mengeruk kekayaan alam Pulau Obi.Â
Desa tersebut telah terkepung sejak tahun 2007. Masyarakat yang hidup dan menggantungkan hidupnya dari yang awalnya sebagai nelayan kini harus bekerja ekstra melaut hingga ke laut lepas di luar dari wilayah Pulau Obi.Â
Pasalnya beberapa perusahaan penunjang dari PT Harita Group, yakni PT Trimegah Bangun Persada dan PT Gane Permai Sentosa telah berhaslil mendapatkan izin usaha pertambangan (IUP) dari Bupate Halmahera Selatan dengan konsesi seluas 5.524 hektar.Â
Selain itu beberapa perusahaan lain yang terafiliasi dengan Harita dan operasi di atas IUP PT Trimegah Bangun Persada yang juga bergerak dalam produksi bijih nikel antara lain PT Megah Surya Pertiwi, PT Halmahera Persada Lygend, dan PT Halmahera Jaya Feronikel.
Pencemaran Lingkungan (rusaknya ekosistem Laut Obi)