Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengantisipasi Rasa Malas bagi Para Remaja Generasi Zilenial

27 Juni 2022   08:00 Diperbarui: 27 Juni 2022   08:08 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: klikdokter.com

Pernah tidak melihat dan membaca atau bahkan sekedar menonton tayangan seorang wanita si penguasa 14 bahasa asing bernama Gayatri? Atau penahkah anda menyimak sajian konten Ome TV yang berisikan percakapan antara Fiki Naki dan beberapa orang dari berbagai negara yang tak sengaja dipertemukan dalam platform media sosial tersebut. 

Jika kita melihat dengan seksama, memang tak dapat dipungkiri kemahiran mereka  dalam hal penguasaan bahasa asing serta kecakapan dan kehebatan dalam hal komunikasi publik nyatanya telah menghadirkan sesuatu hal yang berbeda dari sudut pandang beberapa remaja kaum zilenial. Sesuatu yang dimaksud adalah motivasi dan semangat untuk dapat berkarya dan mengeksplorasi segala potensi diri di usia muda.

Berbicara tentang potensi dan semangat seseorang di usia muda, tentu jika dikaitkan dengan situasi dan kondisi zaman saat ini tentu sangatlah bertolak belakang. 

Bagaimana tidak, gempuran digitalisasi, sajian inovasi yang berkelas dari perkembangan iptek yang memanjakan siapapun, hingga beragam kemudahan serta kepraktisan dukungan teknologi dalam membantu aktivitas manusia sehari-hari justru menjadi badai yang seakan sulit untuk di hindari.  

Memesan makanan via online semacam gofood, memesan barang-barang brended hanya melalui aplikasi Shopee. lazada, atau sejenisnya, scrool Tiktok berjam-jam di tempat tidur, menikmati tayangan film-film berkelas hanya melalui Netflix, hingga menghabiskan waktu bermain game seharian penuh ketika waktu libur sekolah tiba nyatanya sudah menjadi rutinitas yang umum  dilakukan sebagian masyarakat di Indonesia bahkan di seluruh penjuru dunia manapun. 

Dengan fenomena ironi di atas yang terjadi saat ini, muncullah sebutan atau istilah "kaum rebahan/mager/malas" yang terkadang sering disematkan kepada para kaum zilenial atau generasi Z saat ini. 

Lantas jika ditinjau dari aspek keilmuan, Apa yang dimaksud dengan rasa malas? Menurut (Edy Zaqeus: 2008)  ia menyatakan bahwa, rasa malas dapat diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dilakukan. 

Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda waktu, mengalihkan diri dari tanggung jawab kerja, dll.

Pendapat  lain seperti dilansir dari laman Ruangguruku menyatakan jika rasa malas merupakan salah satu perilaku negatif yang dapat merugikan siapapun. Pasalnya pengaruh rasa malas ini cukup besar terhadap produktivitas seseorang.

Jika mengacu pada kondisi saat ini dan ditinjau dari sudut pandang remaja, rasa malas memang  kerap menghantui dan menjalar kepada siapapun. 

Perasaan mengerjakan suatu tugas tepat waktu, keengganan menerima perubahan, kurang peduli dengan kualitas dan motivasi pribadi, memilih bersikap statis, kurang disiplin, tak mau berkreativitas lebih dalam belajar maupun bekerja, dan lain sebagainya agakanya telah menjadi hal lumrah yang terjadi saat ini ditambah segala aktivitas atau kegiatan yang semua serba digital akan membuat rasa malas semakin menjadi -jadi. 

Jadi perlu digarisbawahi bahwa rasa malas merupakan suatu perasaan yang dialami seseorang di luar faktor usia yang enggan dan tak termotivasi dalam memenuhi tanggung jawab atau menyelesaikan tugas sesuai waktu atau target yang telah ditetapkan, ketidakmauan dalam belajar suatu hal lebih mendalam, serta suka menghindari diri dari beban pekerjaan merupakan akar dari permasalahan yang muncul akibat perasaan malas.

Lalu bagaimana seharusnya kita sebagai generasi muda mampu bangkit dari tidur dan memerangi rasa malas?

Mulailah langkah awal dengan membuat target kerja atau prioritas tertentu

Mencatat agenda atau pekerjaan serta tugas yang akan dilakukan keesokan harinya mungkin dapat membantu kita melawan rasa malas. Menyusun list atau daftar kegiatan atau tugas yang akan kita kerjakan terlebih dahulu sesuai dnegan waktu yang  telah diberikan akan mampu meningkatkan smeangat dalam bekerja atau beraktivitas sehari-hari. 

Misalnya, saat kita sedang berada di bangku perkuliahan. Mulailah membuat catatan kecil berkaitan dengan daftar tugas-tugas yang diberikan oleh dosen untuk dapat dikerjakan ketika waktu santai telah tiba. 

Jika dalam ranah pekerjaan, buatlah daftar tugas yang diberikan oleh atasan anda untuk dapat dikerjakan dalam waktu tertentu sehingga dengan begitu kita akan lebih termotivasi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan lebih efektif dan efisien.

Isilah waktu luang dengan kegiatan yang produktif 

Cara ini mungkin terkesan sepele jika dibaca, namun bila dilakukan justru terasa berat. Anda akan lebih memilih baring dan menikmati tayangan film di layar Netflix atau sambil scroll Tiktok 3-4 jam ketimbang disuruh membaca sebuah buku. Jika hal tersebut memberatkan, anda bisa memilih beberapa kegiatan produktif lain yang dapat mengisi waktu luang anda ketika di rumah. 

Misalnya, ketika sedang santai anda bisa mencoba menonton serial podcast tentang suatu bidang ilmu di media sosial, atau mencoba sekedar menulis-nulis artikel, serta puisi jika anda penyuka sastra. Lebih dari itu, anda juga dapat melakukan aktivitas seperti memanfaatkan platform desain grafis di laptop atau di gawai untuk mulai belajar membuat dan menghasilkan karya tertentu.

Menyalurkan Hobi yang dimiliki secara konsisten

Menyalurkan hobi, jika hobinya makan dan rebahan sambil bermain video game lantas bagaimana? Tak perlu risau, hobi bermain game sambil rebahan biasanya hanya dialami anak-anak remaja. 

Kita bisa memulai meniatkan diri untuk tak hanya sekedar menjadikan hobi bermain game sebagai rutinitas di waktu luang saja, kita bisa memelajari suatu platform video games lebih lanjut memahami alur gamenya, mencoba menyelsaikan game dan mencari pencapaian tertentu dalam games tersebut mungkin dapat meningkatkan ketangkasan dan motivasi diri dalam menyelesaikan suatu tantangan atau misi yang ada dalam game tersebut. 

Jangan lupa pula, jika saat ini segala aktivitas yang anda lakukan termasuk bermain video game  dapat anda rekam dan siarkan kepada siapapun di luar sana melalui konten streaming di beberapa media sosial seperti Facebook, Youtube, Nimo TV, Tiktok, Instagram, dan lain sebagainya. 

Lakukan secara konsisten sambil memelajari di mana letak kekurangan anda dalam bermain akan mampu meningkatkan kualitas anda dalam bermain game dan akan memberikan hal-hal bersifat edukatif bagi para viewers atau netizen di luar sana. Hobi lain yang bisa kita salurkan menjadi hal yang bermanfaat misalnya anda yang suka dengan teknologi atau desain grafis anda bisa memelajari cara membuat suatu desain gambar dengan memanfaatkan tayangan tutorial yang tersedia di Youtube. 

Hindari Mengeluh berlebihan dan hargai hasil pekerjaanmu

Sebagian besar orang mungkin merasa bahwa pekerjaannya kurang cocok dengannya atau bahkan bukan profesi impiannya. Anggapan ini tak jarang mampu mengikis semangat dan menjadi sumber kemalasan. 

Apabila pengalaman tersebut menderamu, hindarilah mengeluh berkepanjangan tentang keburukan dalam pekerjaanmu dan belajarlah untuk selalu bersyukur. Kita bisa mencatat keuntungan atau benefit yang bisa kita dapatkan jika mampu menyelesaikan pekerjaan tersebut dan mulai belajar menikmati dan mencintai apa yang kita kerjakan.

Jangan Menghambakan diri pada istilah Perfeksionisme

Mencoba belajar dari kesalahan dan sadar dengan segala kekurangan akan semakin membantu kita dalam upaya melawan rasa malas. Banyak orang-orang di luar sana terutama generasi muda yang sekarang memilih terjun di lingkungan yang kompetitif, harapan yang lebih tidak realistis, dan orang tua  yang lebih cemas dan mengendalkan daripada generasi sebelumnya. Sehingga tuntutan untuk menjadi perfeksionis semakin tinggi.

Menjadi perfeksionis memang sering diperlukan untuk membuat pekerjaan sebagus mungkin hasilny. Namun tahukah anda? perfeksionisme bisa menyebabkan orang menjadi terlalu kritis terhadap diri mereka dan orang lain. Ini juga dapat meningkatkan depresi dan kecemasan sehingga berakibat pada kemalasan.

Mulailah dari  sekarang untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang anda miliki, tak malas untuk bertanya, dan berani belajar dari  kesalahan akan membantu anda menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya.

Jangan sungkan untuk mencari bantuan

Banyak orang yang beranggapan jika meminta bantuan merupakan tanda kelemahan diri. Tetapi tidak meminta bantuan bisa membuat kita gagal dalam menyelesaikan suatu beban tugas atau pekerjaan.  Orang yang tidak meminta bantuan rekan kerja lebih cenderng tidak puas dalam pekerjaan mereka dan memilih tingkat pekerjaan yang lebih rendah. Mereka juga dianggap kurang baik oleh atasan mereka. 

Perlu diketahui, meminta bantuan rekan kerja adalah suatu hal yang positif dan mampu meningkatkan presentase keberhasilan leboh baik dalam menyelesaikan suatu pekerjaaan. Di samping itu, meningkatnya  hubungan kerjasama yang baik, relasi yang semakin terjaga dan membangkitkan rasa percaya diri antar sesama teman akan mendatangkan perubahan positif dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

Cara meningkatkan produktivitas kerja adalah dengan sesekali mematikan notifikasi grup whatsapp

Cara ini mungkin sedikit nyeleneh dan konyol, namun bisa kita renungkan bersama jika kita sedang serius-seriusnya mengerjaan suatu pekerjaan yang hasilnya harus diserahkan kepada pimpinan dan dipresentasikan besok hari di kantor namu tiba-tiba notifikasi Whatsapp muncul yang berisikan pembahasan lucu dari rekan kerja. 

Tentu tanpa sadar kita akan membalas notif tersebut dan mulai terlibat dalam pembahasan tersebut, akibatnya tugas yang harus kita selesaikan tadi menjadi tertunda dan kita akan semakin tidak memiliki waktu untuk menyelesaikannya esok hari. 

Jadi kesimpulannya, jika anda sedang mengerjakan suatu tugas cobalah senyapkan notifiaksi hp atau gawai anda sementara. Selesaikan terlebih dahulu pekerjaan anda hingga tuntas. Jika sudah selesai, lakukan pengecekkan kembali  dan jika siap silakan kembali ke whatsapp  untuk sekedar menyegarkan pikiran kembali.

Itulah beberapa hal yang dapat dilakukan bagi kita sebagai generasi muda atau siapapun untuk dapat melawan rasa malas. Mari kita senantiasa semangat dalam berkarya demi masa depan yang lebih baik. Semohga bermanfaat. 

#SalamLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun