Segar dalam ingatan kita banyak sekali cerita ironi dari nasib para guru yang berjuang dalam pekerjaannya di Indonesia. Cerita tentang salah satu guru di kota Batam misalnya, ia merupakan salah satu guru honorer berasal dari Desa Belat, Kecamatan Belat, Kabupaten KArimun meneriima gaji Rp 700 ribu perbulan. Akibat pandemi Covid-19, gajinya dipangkas menjadi Rp 600 ribu perbulan.
Cerita lain datang dari salah satu guru di Desa Kapar, Kecamatan Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat harus mencari penghasilan tambahan dengan menjual ketupat dan kerupuk. Hal tersebut dilakukan agar menutupi penghasilan sebagai guru honor yang hanya Rp 350 ribu perbulan.
Jika melihat dua contoh permasalahan di atas, tentu sangat ironi apabila pekerjaan sebagai guru yang dibilang pekerjaan mulia disejajarkan dengan hasil atau pemasukkan yang didapat.Â
Memulai sebagai calon guru yang mendaftar ke sekolah-sekolah negeri maupun swasta, menyebar lamaran ke sana ke mari, menunggu dalam waktu yang lama agar dipanggil dan diterima, mengabdi sebagai guru honor, menjalankan pekerjaan selama bertahun-tahun, dan tak kunjung ada pengangkatan, bahkan sempat mengiikuti seleksi pengangkatan justru kerap gagal akibat berbagai alasan yang menyertai ketika mengikuti tes mungkin menjadi lika-liku yang harus dijalani seorang calon guru masa depan di Indonesia.
Saat ini niat baik pemerintah patut diapresiasi, masukkan dari beberapa Anggota DPR RI dalam memberikan tanggapan serta pengusulan pengangkatan guru honor di sekolah-sekolah menjadi ASN PPPK menjadi titik terang dari masa depan guru di Indonesia.Â
Tak hanya itu, peningkatan gaji guru honor, rancangan penerimaan insentif, dan lain-lain sudah diupayakan oleh para pemangku kebijakan. Akan tetapi, jika dilihat dari kacamata kepantasan terutama jika kita mengenyampingkan terlebih dahulu profesi guru di kota-kota besar dan beralih ke daerah pelosok dan terpencil, Â yang diterima oleh guru non ASN di Indonesia masih sangat rendah.Â
Beban tanggung jawab yang dipikul, menanggung banyaknya siswa di dalam kelas, mendapatkan berbagai kendala dan rintangan, mulai dari akses menuju sekolah yang sulit terutama di desa terpencil, minimnya sarana dan prasarana, hingga sampai pada permasalahan gaji yang tidak seberapa tentu masih menjadi pekerjaan rumah bersama dari para pemangku kebijakan.Â
Harapan semua guru ke depan, agar pengangkatan guru honor menjadi PPPK semakin dibuka seluas-luasnya, sejatrakan guru honor di perkotaan hingga daerah terpencil, fasilitasi dan bekali guru dalam hal peningkatan kualitas kompetensi, serta yang terpenting semoga kesejateraan guru di masa mendatang menjadi lebih baik sama seperti apa yang di dapatkan guru di negara Amerika yang mana pekerjaan sebagai guru telah menjadi pekerjaan yang paling dicari karena kesejahteraan, kualitas peningkatan guru, dan lainnya yang senantiasa dijanjikan di dalamnya.
Semangat para guru di Indonesia, doa terbaik untuk kita semua pendidik generasi muda Indonesia.
#SalamLiterasi