Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

SARA: Apa yang Membuat Istilah Tersebut Begitu Dihindari?

25 April 2022   09:07 Diperbarui: 25 April 2022   09:11 1610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://www.radioidola.com/2018/)

Dalam sejarah panjang kehidupan masyarakat Indonesia. Negara dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika tersebut pernah mengalami pasang-surut konflik yang disebabkan berbagai hal, mulai isu agama, disintegasi sosial, permasalahan etnis, politisasi massa, hingga masuk pada ranah kriminalisasi besar yang pada akhirnya mencoreng nama Indonesia di mata HAM internasional akibat dampak kronis dari konflik yang terjadi. 

Konflik yang terjadi di Poso pada 25 Desember 1998 hingga 20 Desember 2001 menjadi potret nyata dari terpecahnya keakraban umat bernegara dan berbangsa serta beragama akibat isu agama yang muncul yang menjadi latar belakang dari terjaidnya konflik yang terjadi akhir masa pemerintahan Orde Baru hingga masa pembukaan Orde Reformasi.

Jika mengacu pada teori tentang apa beberapa pengertian SARA menurut para ahli yakni sebagai berikut.

Menurut  Taufiq (1998)  menyatakan bahwa konsep SARA merupakan konlfik horizontal yang dimotori oleh suku, agama, dan ras, serta konflik vertical yang bersumber pada perbedaan "ekonomi-politik" antar-golongan.

Sedangkan menurut (Berger & Neuhauss, 1977) menyatakan bahwasannya, SARA merupakan kenyataan sosial maka keberadaanya tidak dapat dilenyapkan. Bahkan setiap upaya untuk melenyapkan dengan dalih apapun, termasuk menuju unifikasi melalui "monolitikisasi" masyarakat, cenderung akan menimbulkan keresahan, gejolak sosial, kerusuhan massa, dan pasti berakhir dengan disintegrasi sosial.

Sara diketagorikan menjadi tiga jenis yakni sebagai berikut.

Sara Individual, merupakan sara yang segala tindakannya dilakukan oleh individu atau golongan yang bersifat agresi, melecehkan, diskriminasi, atau menghina golongan lainya.

Sara Institusional, yakni tindakan yang dilakukan oleh institusi atau pemerintah melalui aturan atau kebijakan yang bersifat diskriminatif terhadap suatu golongan.

Sara Kultural, merupakan suatu tindakan yang dikategorikan sebagai tindakan penyebaran tradisi atau ide-ide yang bersifat diskriminatif antar golongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun