Aku kembali melabuhkan rasa hati ke dalam hatinya dan dia menerimanya seperti layaknya lelaki lain yang bercintaan.
Sampai tahun kedua kami berkasihan, Geri mengajak saya masuk ke kedai kopi dan mendengarkan lagu lembut.
Aku memesan coklat dan Geri menyeruput kopi. Kami sama-sama suka roti bakar yang kering di luar dan meleleh di dalam. Kami menghabiskannya, dan Geri tidak menambahkan saus tomatnya. Dia sangat plain.
Di akhir santapan dan lagu semakin sayu, waktu pun menetapkan kami meninggalkan kafe kopi yang juga merupakan tempat kencan bersama lelakiku yang pertama dahulu.
Sebelum checkout, Geri meraih tanganku, pada bawah garis sinar lampu yang samar.
Maaf, aku hendak bertanya, sayang! Katanya.
Apa? Responku
Aku merasa selama ini kamu tidak tampak genuine? Maaf jangan tersinggung sayang! Kata halus Geri.
Aku tak menjawabnya, hanya menatap matanya, dan pertanyaannya membuatku terdiam.
Kamu tak perlu menjawabnya sekarang sayang! Lanjut Geri.
Aku mengangguk. Aku mau pulang! Kataku berbisik.
Kemudian kami berdua berjalan bersama diam, melangkah keluar kafe menjelang malam yang ada di depan kami.
Tiba di rumah aku menekan chat di gajet teruntuk Geri.
Dear Geri, maafkan aku, karena aku telah membuat kesalahan lagi dengan membiarkan diriku jatuh cinta denganmu sebagai lelaki kedua.
Dan aku menyadari kini, bahwa cinta pertamamu tidak akan bisa cocok dengan cinta keduaku.