Aku ingin bercerai! Istri saya Prita mengatakannya, dan itu terasa petir di kuping.
Duduk saya bergeser tanpa rencana, saya meletakkan buku bacaan malam saya di meja makan berdua.
Lidah saya macet tak bisa mengatakan sesuatu, saya seperti tidak berhak lagi memandang semau saya kecantikan istri saya.
Kenapa? Akhirnya lidah saya melemas.
Kerna ku pikir ini lebih baik! Jawabnya.
Sehabis dua tahun kita?
Ya!
Mungkin lebih spesifik? Saya mendesak Prita.
Kamu pria yang terlalu baik! Jawabnya.
Jawaban Prita membuat saya termenung, kerna saya pikir, tak ada lagi yang bisa diperbaiki dari seorang pria yang terlalu baik. Dan ini tiba-tiba menakutkan saya.
Apa ini serius! Tanya saya berdesis.
Sangat! Jawab perempuan bojo itu.
Saya berdiri dan Prita masih duduk di seberang.
Biar saya mengambil ruang dan waktu dahulu sayang! Saya mengambil tangannya.
Aku sudah mengambil banyak waktu untuk itu Don! Jawabnya singkat.
Lalu saya meletakkan perempuan indah itu sendiri duduk di kursi kayu, saya melangkah masuk ke dalam kamar kerja saya, duduk di kursinya yang rileks dan memutar lagu-lagu dari The BeeGees, salah satunya The First Mistake I've Made.
Keesokan sorenya saya meninggalkan kantor lebih awal, menderukan kendaraan 6000cc untuk saya bisa segera mengejar batas kota.
Saya berhenti di rumah batu mertua saya, bapaknya Prita, dia terlihat sedang menebas pohon berbatang besar.
Wow! Ada apa anak lelaki manis! Lelaki kekar itu menyambut saya dengan nada serak, kapak digenggamannya di lempar sebarang. Dia memang kasar sekali. Saya menyadari bahwa sudah silam saya tak berjumpa dengan lelaki baya berotot ini.