Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seribu Hari

22 Mei 2024   22:31 Diperbarui: 22 Mei 2024   22:36 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita pernah bertemu di pinggir pikiran, saat itu isi kepala kita berdekatan, di tengah keriuhan hitam putih zebra cross. 

Barangkali kamu tidak merasa, tapi saya merona belingsatan, di tengah orang-orang berlawanan menapak waktu sela mobil-mobil tanpa ukuran melintasi penyeberangan jalan.

Hai, Nona genggamlah lenganku! Seorang lelaki cepat meraih kamu yang nyaris terjatuh.
Sedang saya yang berjarak lebih rekat tidak bikin apa-apa, hanya pikiran saya saja seakan saya yang menolongnya.

Kamu oke?
Ah, oke! Kamu baik! Sambutnya.
Saya yang berdiri dekat tidak berpandang apalagi berkata. Harusnya....
Sudut mata saya saja mengambil parasnya, cuman segitu. Itu juga deg-degan.

Tiba di rumah, saya memarahi diri, kenapa tidak berani mengambil momen perempuan itu. Saya hanya stalking, yang menciptakan  banyak dimensi tentang wanita itu di kepala saya.

Tapi nggak apa, saya cukup puas mengenalnya dalam hayalan, dan kamu akan tetap teman halusinasi saya. Hati saya membela.

Keesokan pagi berjalan biasa seperti kemarin yang tersimpan. 

Saya menanti di kotak bus trans, abai akan bus tujuan meski berkali berlalu. Saya menanti kamu, perempuan di kepala saya.
Dan tak lama dia mendarat turun dari feeder, lalu kami bersamaan mengambil kode bus sama. Kamu duduk di depan dan saya berdiri di belakang, seperti layaknya.

Saya akan menghantarmu sampai blok kantormu, agar tidak kurang satu apa, juga guna meyakinkan kamu bahwa masih ada cinta yang teramat halus untuk hati kamu.

Sehabis pasti, saya memutar haluan kerna kerja saya berlawanan mata angin, tegap dan laki-laki yang tunai tugasnya pagi ini. Saya merasa keren.

Siang break, saya makan, sekalian memesan rames kesukaanmu untuk dibungkus, saya menyimpannya baik-baik untuknya makan hari ini.

Sore hari turun, dan adalah hari yang teramat sibuk bagi jiwa saya. Harus separuh berlari mengejar bus boks, untuk melompati macet aspal kota, dan tiba saya, mesti sebelum waktu after hour kamu, wanita saya seorang.

Saya selalu tiba  pas kurang 13 menit bubaran, mematung di balik pohon terus menatapi gate office kamu, yang membuat dada saya melonjak saat menampak parasmu yang rupawan di kejauhan.

Dan lanjut kita naik kotak bus yang sama, sementara saya meremas-remas bungkus nasi rames yang saya checkout buat yayang saya satu ini.

Hingga tiba tujuan rumahmu sayapun ikut turun, kembali guna memastikan bahwa kamu pergi dan kembali dalam keadaan utuh.

Lalu saya mengulang kembali bus yang sama menuju tempat tinggal saya. satu hari ini perfek, saya sudah melaksanakan tugas lelaki saya mengawal kamu, dan saya masih menyala.

Sebelum lelap, saya membuka blog saya di kompasiana, membuka profil saya dan scrolling ke belakang.
Ternyata terakhir waktu saya menulis  di beyond blog ini  1000 hari yang lalu, tepat di hari kematian saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun