Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Burung Kecil

11 November 2023   11:45 Diperbarui: 11 November 2023   11:46 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar pixabay.com

Hari belum menjatuhkan pagi, Lesli membuka kamar tidurku, terlihat tubuh kecilnya gemetar.
Dia hilang papa! Di tepi tidurku anak perempuan itu menjerit. Mataku yang masih dobel memandang parasnya yang duka.

Tenanglah Lesli, anakku!
Tetapi tangannya yang kecil menggeret lenganku keluar dari ranjang. Dia hilang papa! Ulangnya sedih.

Dia menarik tubuhku ke ruang makan, dan menunjukkan sebuah sangkar yang telah kosong.
Lihat! Lesli mengangkat lengan mungilnya, menunjuk sangkar diatas kepalanya.

Aku menjangkau dan menurunkan sangkar kosong itu dan menelitinya, kotak pintu kecilnya terbuka, dan di lantai sangkar terurai beberapa bulu halus berwarna biru muda, juga beberapa bercak darah yang berona merah tua.

Burung kecil itu telah pergi papa! Anak perempuanku Lesli sesengguk.
Aku menenangkannya. Tenanglah sayang, mungkin dia hanya sekejap bermain keluar!

Lalu kami berdua menyongsong pintu kayu ruang muka, dan membuka halaman, namun setinggi menatap, hanya langit yang masih menyimpan pagi yang mentah. Tidak terlihat mahluk terbang satupun.

Kembali masuk ke dalam rumah, meskipun Lesli masih gelisah.

Kita menanti matahari, nak! Kataku.
Apakah burung biru akan kembali ayah? Perempuan kecil itu bertanya dengan paras sendu.
Tentu, nak! Dia pasti kembali nanti! Jawabku ragu.

Wajah Lesli kecil masih terlihat mendung dan mulutnya cemberut, aku mendekapnya dan sangat mengerti betapa cintanya dia kepada burung biru kecilnya.

Memang burung kecil itu telah menemaninya semenjak Lesli masih bebi, sehingga tak heran, unggas mungil itu seperti saudaranya sendiri, bahkan merupa belahan jiwanya.

Aku pun merasakan rasa batin yang sama. Burung biru kecil itu bak prinses di tengah keluarga kami, terutama dia selalu ada bersama Lesli anak perempuanku. Lenyapnya burung biru indah kali ini, betul-betul memukul kami.

Baiklah Lesli, ayah akan mengabarkannya jika dia pulang! Pesanku kepada Lesli saat dia berangkat ke sekolah. Aku sendiri terpaksa absen bekerja, menunggu di rumah dan berharap mahluk kecil itu kembali.

Namun sejauh aku mencari hingga ke jalur jalan berkelok, tak seorangpun yang bisa memberi informasi di mana gerangan mahluk biru muda tersayang itu.

Hingga matahari padam jatuh ke horison, aku masih mendapati sangkar yang melompong, dan mendapati Lesli tampak tertidur lelah sehabis pulang sekolah di samping sangkar burung mungil itu.

Aku membiarkan Lesli tertidur lelap sekehendak kalbu membawa mimpinya.

Aku menanti di beranda, saat malam sudah jatuh dan warna mentari berganti lampu merkuri, namun kehadiran burung itu belum juga menampakkan tanda-tanda.

Ketika aku jauh merenung, tiba-tiba saja seekor burung gagak bertengger di dahan depan, bulu dan matanya yang hitam berkilat menatapku tajam, lalu paruhnya bersuara lirih.

Ah! Aku sedang mencarimu! Apa kabarmu? Dia bertanya sementara membuatku terpana.

Aku datang hanya untuk memberitahumu, tolong kau beritahu ke Lesli! Lanjutnya dengan suara parau.
Baiklah! Sahutku.

Aku ingin menyampaikan kabar, bahwa aku menjumpai burung biru kecilnya di pusaran angin utara semalam. Aku mengiringinya sepanjang jalan ke awan, dia terbatuk-batuk dan sayapnya dingin seperti es! Burung gagak itu terhenti, tenggorokkannya seperti tersangkut.

Baiklah! Sahutku lunglai.
Begini! Lanjutnya. Aku melihat bulu ekornya juga terlepas membuatnya  terbang terhuyung. Mahkota biru di kepalanya memerah darah. Tapi burung mungil itu harus terus terbang dan dia mengirimkan kata, baik-baiklah saja dan selamat tinggal! Cerocos gagak hitam.

Apakah dia akan kembali? Tanyaku cemas.
Aku tak tahu! Kurasa dia akan terus bernyanyi selama musim kesedihan tiba! Celoteh gagak black itu, lalu dia mabur meninggalkanku.

Sepeninggal gagak blek, aku begitu merana dan kehilangan. Satu rasa kehilangan yang telah lama ada, yang sekarang masih juga memanjang seakan tak pernah selesai.

Sekilas aku menyimpulkan, bahwa gagak itu memberi pesan dari burung biru, bahwa Lesli harus menjalani kehidupan yang utuh tanpa temannya si burung biru, agar aku dan Lesli tidak menerus bersedih dihantui oleh kepergiannya.

Aku pun masuk ke dalam kamar Lesli, dia masih tertidur. Tampak di sebelahnya, sebuah ranjang kosong tempat beristirahat burung biru kecilnya. Sebuah ranjang biru yang pernah diisi oleh adik perempuannya yang tak pernah reda dicintainya hingga kini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun