Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Gibran, Jalan Terakhir Koalisi Besar?

21 Oktober 2023   23:07 Diperbarui: 21 Oktober 2023   23:28 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran Rakabuming Raka (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/Spt) sumber: investor.id

Barangkali inilah politik absurd yang pernah ada di muka bumi. Penggunaan kemudaan yang paling ganjil yang dipakai  untuk sebuah pertempuran yang paling mortal (mortal combat).

Gibran sedang memeraninya dengan keberaniannya yang bergantung di langit, sebuah mosaik langit politik dari politik kelanjutan dari pemilihan presiden 2019 yaitu politik yang paling identitas.

Barangkali inilah sebuah solusi dari antisolusi, dari sebuah peradaban negri menuju tanah emasnya yang tak henti terbelah. Terdeskripsi secara samar bahwa Gibran berada di dalam hero dan anti hero, di kolam martir dan anti matir, di muka cermin dan anti cermin

Mestinya cara begini diakhiri, membuat polarisasi baru untuk mengganti cara memusnahkan polarisasi yang sudah mendarah daging.

Bau enggak sedap pemaksaan instan Gibran itu menerbitkan satu polarisasi fenomena gunung es generasi muda. Gibran seperti obat mujarab di tengah generasi muda yang lebih dekat dengan medsos dan generasi tua yang tiba-tiba menemukan generasi muda sebagai mainan baru.

Aku teringat pertemuan Koalisi Besar di Istana Presiden bulan Mei yang lalu, enam partai pendukung kabinet Indonesia maju minus Partai Nasdem, rasa-rasanya menyeruak kembali.  

Mungkin inilah Koalisi besar part two, setelah vakum yang ternyata tidak pernah juga tertidur.

Setelah membelah tajam menjadi kubu KKIR dan Kubu PDIP, lalu sempat menjadi fenomena dua putaran yang terus bergelinding liar menjadi  satu poros, Prabowo-Ganjar atau Ganjar Prabowo.

Akhirnya mulai mengkristal menjadi dua poros di titik deklarasi bakal Capres Ganjar Pranowo, sementara satu poros Amin sudah melaju di depan.

Tapi masih ada seberkas sinar, yaitu eksaminasi material usia capres dan cawapres kepada Mahkamah Konstitusi, sementara jalur relawan sudah lebih bergerak maju ketimbang penggerak grass root ofisial. 

Mereka, relawan, memutar air sehingga menjadi butek, susah melihat apa yang sesungguhnya mereka inginkan? 

Mungkin mereka bermain di anak timbangan Prabowo Subianto dan Megawati, sementara jarum timbangan berada di tangan Jokowi. 

Mungkin saja ini hanya kompor yang bisa diatur suhu seberapa besar emisi panas yang diperlukan untuk bisa dikelola, untuk apa? Entahlah!  

Bisa juga sebagai teori relativitas waktu dari Einstein, bahwa bila kita berada di kereta cepat, maka waktu akan terasa lebih cepat dibandingkan dengan jika kita berada di luar kereta. Atau mungkin juga satu jalan Ninja, sapa tau?

Akhirnya di waktu yang pas tanggal 16 Okt 2023, keputusan MK membolehkan bagi pemegang dan mantan kepala daerah mengikuti pilihan menjadi presiden atau wakil presiden, dengan sedikit bumbu ala chef, bahwa banyak contoh tokoh dunia yang masih berusia muda, padahal uji materi batas usia yang diajukan tidak pernah dikabulkan.

Selang dua hari kemudian tanggal 18 Okt 2023, deklarasi  Prof. Mahfud MD sebagai bacawapres Ganjar Pranowo tanpa dihadiri Presiden Joko Widodo yang telah lebih dahulu  berangkat ke Beijing tanggal 17 Oktober 2023.

Seperti mengisyratkan bahwa maraknya politik dinasti pasca putusan MK sedikit ternetralisir dengan deklarasi pasangan Ganjar-Mahfud yang mengikutinya.

Follow-up keterikatan Gibran tegak lurus PDIP juga dicoba lebih ditegakkan sekjen Hasto Kristiyanto, dengan menugaskan para pemangku muda sebagai pemegang tim sukses muda. 

Sementara ketegangan yang dianalisiskan bakal meledak antara PDIP dan Presiden sebagai kader PDIP, ternyata hanya letupan-letupan kecil saja. Bahkan di kondisi remote Presiden Jokowi tetap memberikan respon normatif atas keputusan MK.

Isu Gibran harus melepaskan keanggotaan jika lompat pagar juga menjadi isu yang dingin-dingin saja, bahkan saat pada perkembangan terkini, Gibran di deklarasikan sebagai Bakal Cawapres oleh partai Golkar, itupun tetap ditanggapi sebagai suatu kebanggaan, untuk salah satu kader partai yang berprestasi.

Profil panggung depan seorang Gibran semakin telanjang, semakin memberikan bacaan panggung belakangnya yang lebih mudah terbaca.

Gibran begitu tenang, untuk seseorang yang berjalan di atas kawat seperti berjalan di atas tembok, ini seperti mengambil keniscayaan bahwa Gibran tidak berjalan sendiri, dia berjalan berpegang kedua tangan, tangan kiri dan tangan kanannya.

Ini kejadian langka, seorang walikota muda, berjalan sendiri ke depan, untuk mengambil sebuah rekomendasi  cawapres Koalisi Indonesia Maju dari partai setua dan sebesar Golongan Karya. 

Sebuah partai yang luber oleh orang-orang yang penuh kebesaran dan kemuliaan yang dengan sangat ramah dan puja-puji memberikan kursi impian mereka.

Seperti semesta telah memberi sasmita bahwa Gibran adalah  bakal cawapres  sesungguhnya di poros terkahir ini.

Dan sejatinya Gibran akan di sana, sebagai pengikat, sebagai jalan terakhir, dari sebuah koalisi besar yang pernah diimpikan, untuk menghadapi pertarungan yang sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun