Lamunanku ambyar ketika Sarah menyentuhku.
Dengarlah! Aku akan membawa Aurel!
Apa?
Dia akan kuliah di Jerman. Ku pikir di sana lebih baik! Argunya.
Aku menatapnya dan tak mengingkarinya. Bahwa kami dulu jatuh cinta saat berkuliah di Jerman dan bahkan menikah di sana setelah es dua. Aku lanjut se tiga, sedang Sarah bekerja bisnis sesuai pasionnya.
Sarah berkembang teramat cepat dan ketika kami pulang ke tanah air, Sarah melesat menjadi wanita bisnis yang bukan kaleng-kaleng. Sedang aku back to kandang, mengajar sesuai pasionku.
Sehingga semakin tahun berjalan, semakin kami berbeda dan menyerupai alien satu sama lain. Sampai suatu saat, dia mengatakan jatuh cinta kepada Ben, pengusaha papan atas, membuat kami berpisah baik-baik dan Aurel ikut dengan mamanya di ibukota sedang aku tetap di kota kecil ini.
Kau bisa ikut ke Jerman! Tawarnya tiba-tiba.
Tidak Sarah! Jawabku pelan.
Kau bisa ikut dengan ku! Aku akan memulai kembali mencintaimu! Katanya mengambil tanganku.
Aku mengelus tangannya.
Cintaku padamu masih kusimpan dengan baik Sarah, dan aku akan baik-baik saja! Jawabku.
Please! Aku sangat berharap! Desaknya sendu.
No, Sarah! Aku tak ingin berpisah dengan kota ini, dan  aku tak ingin kehilangan untuk kedua kali, kehilangan kau dan kota kecil ini. Kataku lirih.
Lalu kedua kami terdiam, memandangi sore yang perlahan menjatuhkan diri ke aspal jalan Slamet Riyadi pusat kota yang mulai menyalakan lampu-lampu jalanannya.