Nona Ruby! Katanya.
Terlihat seorang perempuan manis naik ke stage berkalung gitar. Aku terpana dan tak pernah lupa bahwa itu perempuan Ruby yang aku kenal.
Ruby duduk rapi dan membuka intro stringnya yang indah, lalu menyanyikanlagu, Kepada Angin dan Burung-burung.
Gadis itu masih saja penuh pesona dengan suaranya yang indah.
Hanya sebuah lagu dinyanyikan, lalu Ruby mengemas akustiknya dan meninggalkan stage. Aku mengejarnya ke balik layar.
Ruby! Aku panggil namanya.
Tampak dia terkejut.
Ah! Orang kota! Desahnya.
Tinggallah sejenak! Aku membujuknya.
Tapi dia menggeleng. Maaf. Saya harus segera pergi! Katanya.
Kemana?
Aku akan kembali ke alam! Katanya sembari meninggalkanku.
Ruby please! Aku mendesak, tapi dia bergeming dan menghilang bersama bau hutan yang masih tersisa di deretan pertokoan kota.
Entahlah sejak saat itu aku merasa kehilangan, dan terus mencari Ruby di setiap kota yang baru di bangun, di setiap Selasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H