Seekor kucing perempuan ayu berjemur di pagi turun, bulu putihnya seperti sutra berpendaran dibias mentari yang belum penuh. Moncongnya yang tirus dan matanya elok terkejap-kejap. Lidah mungilnya menyelinap diantara bulu-bulu karpetnya.
Di pagi menawan dia menghabiskan seharian, untuk bermalasan menanti senja yang masih panjang.
Senja akan membawa pacarnya! Dia tersipu malu membayangkan kekasih hatinya seekor burung hantu muda yang macho, indah berdada bidang.
Matanya yang tajam selalu mengirm cinta! Hayal kucing putri.
Dan ketika matahari telah lelah, kekasihnya datang membawa senja. Kucing-pus berpura cuek ketika burung hantu mendekatinya.
Burung hantu memekarkan sayap kuatnya dan benyanyi dengan gitar kecil.
O Pussy yang cantik, o Pussy cintaku. Betapa cantiknya kamu!
Kucing manis menggeliat, tubuhnya serasa mengapung, dia mengerlingkan mata selebriti untuk kekasih hantunya. Pussy membalas pujian pujaannya.
O, engkaulah unggas yang anggun! Betama manisnya anda bernyanyi! Katanya sembari bangkit. Keduanya lalu berpelukan seperti lama tak bersua, padahal baru saja satu matahari. Jelas mereka tak tahan berpisah, satu detik terasa setahun jika telah dirundung cinta.
Kemudian mereka berjalan menuju taman tempat biasa mereka berpadu asmara. Di kebun yang indah mereka mengumpulkan madu dan burung hantu mengeluarkan banyak uang dari saku sayapnya.
Burung hantu memandang langit yang mulai dihiasi bintang-bintang.