Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cuaca Jelek Nenek

6 Juli 2023   14:52 Diperbarui: 6 Juli 2023   20:20 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya lupa kapan mengenalnya, saya cuman inget cuaca jelek yang mengenalkannya. 

Malam itu, dia memakai sweater biru langit , berdiri di belakang garis hujan di paving pertokoan. Ini hujan ke empat belas dan yang paling sublim di musim yang buruk.

Tak luput, segala basah, termasuk perempuan itu. Dasar roknya rata terguyur hujan yang miring, apalagi sepatu basketnya basah jadi sebiru tajam.

Saya mendekati wanita itu.
Hujan ini tak bisa henti sampai mentari! Ku antar ke tujuan jika tak keberatan! Seruku melawan suara air.

Dia menorehkan pandang, matanya membulat memikirkan alien yang tiba-tiba saja tegak di hadapannya. Tapi sepertinya dia kerap mengalami lelaki modus. 

Dia menggeleng dan dari gerak rambut basahnya, terurai kristal air berpendaran.
Maaf, saya terbiasa dengan cuaca jelek! Jawabnya.

Saya menyingkap hoodie dari kepala saya.
Baiklah, kau pegang saja payung ini untuk membawa kau pulang! Saya menaikkan payung, dan dia mengambilnya.

Kau bisa mengambil payungmu esok malam! Jawabnya nyaris ditelan hujan.
Saya mengangguk lalu menebas hujan, kembali ke sepeda motor menyala, tak lama laju kilat saya sudah membelah jalan genang, sehabis meletakkan perempuan itu di tepi hujan.

Keesokan malam saya pulang kerja dan melewati jalan semalam, hujan turun tebal tapi janji menemukan perempuan di tirisan toko memaksa saya berjeda. Saya memarkir di antara kendaraan yang berhimpit.

Mmmm... begitu ramai? Saya menggumam.

Mengibas garis hujan, saya turun melompati bike, mata saya mencari titik gadis semalam berdiri, namun saya tak melihatnya. Saya pun bergerak mengambil teras toko dan menunggu. 

Saya mengambil tempat sela diantara beberapa pemuda yang berdiri sejajar, kelihatannya mereka menunggu sama seperti diri saya sendiri.

Cukup lama saya menanti gadis itu, sementara pemuda lain juga tampak serupa, berdiri mematung menghadap hujan yang berkabut.

Cuaca jelek! Saya membuka cakap. Pemuda berjajar mengangguk sepakat. Ya cuaca sangat jelek! Sahut beberapa.

Cukup lama kami berdiri hingga jalanan sepi dan menyisakan air menggenang, beberapa pemuda sederet mulai bersiap meninggalkan tempat, ketika seorang nenek terbungkuk berjalan menuju kami.

Sang nenek memeluk beberapa payung di lingkar kedua tangannya, tampak tergopoh dan basah, saya berusaha menyongsong buat menolongnya tapi dia menggeleng.

Tepat di depan kami, nenek berhenti.
Bukankah kalian menunggu payung kalian? Nenek bertanya tanpa menanti jawab. Lengannya lalu bergerak membagikan payung satu per satu ke pada kami.

Saya mendapat antrian terkahir.
Ini payungmu bukan? Tanyanya kepada saya. Saya terpaku dan menyambutnya.

Tetapi gadis itu? Tanya saya gagap. Nenek menatap saya.
Cuaca sedang begitu jelek! Kata nenek sambil berlalu tanpa menanggapi.

Saya menatap nenek itu melangkah meninggalkan kami, di pedestri toko dengan payung masing-masing.

Saya sendiri masih mengamati nenek itu menjauh, dia memakai sweater biru langit dengan dasar roknya basah terguyur hujan sementara di alas kakinya memakai sepatu basket biru yang basah, serupa dengan outfit gadis semalam.

Lepas dari keterpanaan, saya berlari menuju kuda besi saya, lalu mengerangkan suaranya dan melaju, memecah cuaca yang jelek. 

Di tengah perjalanan pulang saya berencana menceritakan kepada kakek saya di rumah, tentang cuaca nenek yang sedang jelek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun