Inka membalas pelukan lelaki cintanya, berdua mereka berjalan melepas malam. Cuaca dingin tercipta indah saat bau hujan balik ke langit, menyisakan basah di tepian jalan. Romantis banget.
Inka berbunga, betapa David kekasihnya sudah mengucapkan cintanya.
Tapi kenapa kamu nggak bilang cinta pula? Tanya David.
Inka tidak menjawab, bibirnya indah tersenyum, so sweet, dia hanya bergelayut di lengan keras David. David memandang dengan sinar mata lembut dan berpikir Inka malu mengatakan, barangkali tak lama nanti.
Tak jauh mereka tiba di kotak parkir dan David membukakan pintu Inka dengan gentle, perempuan elok itu melangkahkan sneakernya ke dalam mobil dan duduk manis.
Betapa amazingnya kencan ini? Inka berkata di hati.
Lalu perlahan vehicle melaju membelah aspal  basah, terasa perjalanan pulang seperti drama, Korea mungkin? Inka tersenyum sendiri. Pria driver di sisinya mengerling membuat mimik pertanda cinta. Cinta? Wow! Inka membalas tatapan.
Tak lebih 10 menit tujuan tiba, mengapa begitu cepat? Dan David mematikan engine. Inka beringsut memberi tanda langkah turun.
Inka! David menyebut namanya.
Mmm..
Lalu keduanya terdiam, hanya paras David semakin mendekat. Paras cantik Inka tak pula menyurut. Sepasang wajah semakin mendekat dan David menciumnya. Lalu kedua wajah itu berjarak lagi.
Okei! Kata Inka.
Aku akan mengantarmu! Kata David. Berdua mereka melangkah ke depan pintu rumah Inka.
Okei, sweet dream, Inka! David mengambil tangan Inka namun Inka tidak membalasnya.
Bye, David!
David melepaskan tangannya dan berbalik, segera mobil David menderu lalu menghilang.
Inka menjelang ruang makan dan terduduk di sofa empuk, matanya menatap satu titik, parasnya terasa dingin. Tak lama mama menjelang di ruang makan.
David sudah pulang?
Mmm.. Inka mengangguk tanpa antusias.
Hei! Kamu okei Inka? Tanya mama.
Mmm...aku naik ke kamar mama! Balas gadis semata wayang.
Iya nak! Mama melepasnya seperti merasakan sesuatu.
Inka menggapai kamar tidurnya dan membanting tubuhnya ke ranjang, mata indahnya menatap plafon. Inka masih membayangkan momen dengan David.
Dia telah mencintaiku dan dia telah mencium bibirku! Inka berpikir resah.
Namun kenapa hatinya tak bergetar? Â Dan seterusnya Inka hanya ingin terlelap ke malam tanpa mimpi, tak lebih.
Pagi jam 6, Inka berangkat ke kantornya dan tiba pukul tujuh. Dia selalu datang lebih awal untuk mempersiapkan segala paper sepanjang jam kerjanya. Â Di ruang sebelah, Joko rekan kerjanya sudah lebih dahulu datang tampak tekun di mejanya.
Joko selalu tiba pertama, pemuda rajin, kaca mata, culun dan dia sedikit gugup. Sebenarnya dia tampan tetapi dia terlalu shy. Inka melirik ke ruang Joko.
Hai Joko! Sapanya.
Eh.. selamat pagi Inka! Joko mencuri pandang. Ini bagai ritual pagi joko untuk mencuri secercah paras cantik Inka di saban pagi. Hanya itu, meskipun sudah silam hatinya suka banged pada perempuan Inka, namun Joko tau diri.
Inka mendekatinya dengan secangkir teh di tangan, sementara Joko membuang matanya ke lantai, hatinya berdegup.
Tea? Tawar Inka mepet meja.
Eh.. tidak..eh..Joko gugup, tanpa sadar lengannya bergeser dan menjatuhkan pulpen dari mejanya.
Ah.. Joko membuka kacamata tebalnya, membungkuk untuk mencari pen jatuh, tapi tangan satunya juga bergoyang dan menjatuhkan pula kacamatanya ke lantai. Lelaki ini begitu panik meraba-raba lantai.
Hei! Tenanglah Joko, ini aku Inka! Inka lembut menenangkan. Perempuan molek itu memungut pen dan kacamata di lantai.
Keduanya berdiri masih berdekatan, Inka mengambil tangan lelaki di depannya berniat memberikan kacamata minus. Tapi wajah keduanya terlalu dekat, Inka memandang pria di lekat wajahnya, dan betapa dia baru menyadari bahwa tanpa kaca di wajah, pria ini sangat tampan.
Tiba-tiba Inka berdegup, namun wajah keduanya terlanjur lekat, dan keduanya berciuman, dia serasa melayang. Saat dia melepas bibir merahnya, matanya masih tak lepas dari paras lelaki satu ini, Inka merasa amazing, Hati pria tak terduga  dihadapannya mendarat di kalbunya dengan tiba-tiba.
Maaf, saya.. Inka berbalik dan melangkah gesa ke ruangnya tanpa menyambung kata, meninggalkan Joko yang tampak beku.
Usai waktu office Inka berjalan mengendap melewati ruang Joko, dia menjadi salting dan ingin segera berlalu meskipun hatinya melawan. Sempat sudut matanya mengambil pria culun itu. Joko yang tau adanya gadis indah melewati ruangnya hanya membuang matanya ke lantai. Gemes banged! Kata hati Inka di parkiran kantor.
Lalu Inka menderu pulang dengan audio mobil yang penuh asmara. Tiba di rumah perempuan ini obral senyum. Mama gumun melihat hal itu, dia pikir anak wedoknya kumat. Apalagi datang-datang Inka mencium mamanya bertubi-tubi, lalu  Inka lari naik ke kamarnya. Mama geleng-geleng, kesambet apa perawannya ini?
Inka membanting tubuhnya ke ranjang, matanya menatap langit-langit, senyum menawannya tak juga lepas dan hatinya berbunga-bunga.
Joko? Ah...Gadis itu ketawa sendiri.
Inka masih merasakan ciuman Joko yang demikian hebat, membuatnya hatinya bergetar, persis sama dengan mimpi-mimpinya selama ini.Â
Meski Joko tak pernah mengatakannya dan Inka tahu besok dia akan memaksa agar pria culun itu untuk mengatakan cinta. Dan selebihnya Inka merasa bahagia di sepanjang sore itu.
Malam ini jadual date akhir pekan dengan David pacarnya, Inka terlihat males-malesan, tapi dia wanita terhormat dan harus mengatakan hal jujur kepada David. Inka merenung di meja living room.
Memang semula dia berharap David mencintainya dan David telah mencium bibirnya. Tapi dia tak merasakan getaran, malah dia merasa seperti burung yang terkapar, yang tidak bisa mencapai tujuan.
Karena meski Inka tahu David mencintainya, tapi hatinya sedih.
Ciuman David tidak sehebat semua mimpi yang dia miliki selama ini, berbeda dengan ciuman lelaki kantornya, Joko.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H