Lalu Inka menderu pulang dengan audio mobil yang penuh asmara. Tiba di rumah perempuan ini obral senyum. Mama gumun melihat hal itu, dia pikir anak wedoknya kumat. Apalagi datang-datang Inka mencium mamanya bertubi-tubi, lalu  Inka lari naik ke kamarnya. Mama geleng-geleng, kesambet apa perawannya ini?
Inka membanting tubuhnya ke ranjang, matanya menatap langit-langit, senyum menawannya tak juga lepas dan hatinya berbunga-bunga.
Joko? Ah...Gadis itu ketawa sendiri.
Inka masih merasakan ciuman Joko yang demikian hebat, membuatnya hatinya bergetar, persis sama dengan mimpi-mimpinya selama ini.Â
Meski Joko tak pernah mengatakannya dan Inka tahu besok dia akan memaksa agar pria culun itu untuk mengatakan cinta. Dan selebihnya Inka merasa bahagia di sepanjang sore itu.
Malam ini jadual date akhir pekan dengan David pacarnya, Inka terlihat males-malesan, tapi dia wanita terhormat dan harus mengatakan hal jujur kepada David. Inka merenung di meja living room.
Memang semula dia berharap David mencintainya dan David telah mencium bibirnya. Tapi dia tak merasakan getaran, malah dia merasa seperti burung yang terkapar, yang tidak bisa mencapai tujuan.
Karena meski Inka tahu David mencintainya, tapi hatinya sedih.
Ciuman David tidak sehebat semua mimpi yang dia miliki selama ini, berbeda dengan ciuman lelaki kantornya, Joko.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H