Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta di Paling Awal

8 Mei 2023   14:10 Diperbarui: 8 Mei 2023   14:13 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari terik pukul 13, saya mengangkat backpack dan melangkah keluar kelas. Segala classmate berhamburan tapi saya perlahan merunut tepi rumput lapangan sepakbola yang dikelilingi kelas-kelas.

Apakah saya akan bertemu kamu lagi? Kalbu saya bertanya. Ada rasa suka menyelinap lewat angin rumput hijau lapangan.
Ya, kita sering beradu pandang hari-hari belakangan ini! Saya senyum senang, dan tanpa terasa langkah kaki telah sampai di gerbang sekolah. Saya meneruskan ke pedestrian dan menunggu di halte.

Bus ke lapangan Banteng tidak terlalu lama, singkat saja beberapa bus bersamaan menepi berebut penumpang.
Lapangan Banteng! Kernet berteriak, sebagian tubuhnya menggelayut. Saya pun naik. Saya berdiri di dalamnya dan menarik arloji menunjuk pukul 13:15.

Mmmm.. apakah kita bertemu hari ini? Saya bertanya seperti harapan.
Jumpa kita memang tak pernah genap, kadang saya kehilangan kamu yang sudah lebih maju di bus depan, padahal saya selalu menunggu sampai titik waktu sampai kamu tak mungkin lagi dinanti.

Terminal lapangan Banteng menangkap bus saya, dengan separuh melompat saya berlari meraih jalur bus kita berdua, tapi bus belum juga nampak. Saya menelusur orang-orang yang berkerumun menunggu tapi tanpa wajah kamu di situ.
Bus pertama masuk, tapi saya sengaja melewatkannya, tak lain berharap kamu mungkin sedikit terlambat.
Biar saja bus selajutnya! Harap saya.

Dan benar tak lama saya melihat kamu dari kejauhan menuju kerumunan kita, saya berdegup.
Apakah hari ini akan menyapa? Saya ragu, kerna setiap rencana sama, setiap pula gagal. Saya merunduk berpura menghindar kamu, saya pikir kamu akan berjarak dari saya seperti layaknya, dan benar saat saya mengangkat wajah, kamu sudah berada di baris depan.

Saya merasa suka bisa memandangmu dari belakang, sampai tiba detiknya kamu menoleh dan mata kita bertemu. Jika sudah begini, saya sudah tahu bahwa kamu akan menjatuhkan matamu dan saya akan merubah arah pandangan.

Bertemu mata seperti ini bagi saya seperti mengarungi cinta yang paling awal, asing dan menjadikan ketergantungan. Apakah demikian juga kamu, saya merasakannya. 

Berselang waktu, bus kedua mulai merapat jalur dan penumpang berebut naik, sedang saya menunggu saja di baris akhir, menatapmu masuk lebih dahulu yang mengambil kursi di baris tengah.

Tentu saja saya luput, sehingga saya harus berdiri di aisle bus berjarak dengan kamu. Meski beberapa orang menghalang, saya masih berada di lajur tatapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun