Mas Ari kan? Peremuan itu memecah merdu suaranya tepat di hadapan saya yang masih terhenyak oleh wanita jelita ini. Segera dia membuka topi indahnya dan melemparkan kedua mata bulatnya.
Hei! Mas Ari lupa? Aku Arumi! Sambung perempuan semampai itu.
Arumi?
Iya, mas aku Arumi! Come on! Katanya seperti merajuk pengakuan. Saya memandanginya saja, mengambil udara lebih panjang buat mensenyapkan batin saya yang berdetak.
Maaf, nona benar saya Ari. Tapi... saya pikir nona salah orang! Terang saya. Paras perempuan itu terlihat kecewa.
Tidak mas. Kamu selalu melakukannya bukan?
Maksud nona?
Setiap hari! Setiap hari mas menjalaninya pulang dan kembali dengan kereta Solo-Jogja... Jawabnya bernada turun. Aku tak pernah melewatkannya mas Ari, selalu disini Setasiun Solo Balapan.
Saya masih menggeleng perlahan memunculkan rasa yang tidak enak dan iba, melihat matanya yang bening mulai membasah seperti kaca.
Baiklah nona, saya ingat tadi ada seseorang pemuda yang menyebut nama anda kepada saya, tapi...
Aku tahu mas dan dia selalu mencari saya, tapi...
Kemudian pembicaraan kami terhenti seperti tercipta kesepakatan untuk yang tidak saya ketahui, ketika perempuan ayu dengan fragrance semerbak itu menggamit lengan saya dan mengajak saya melangkah mengikuti lingkar tubuhnya, dan entah saya pun menurut saja menyertainya.
Baiklah mas Ari, tapi aku hanya minta tolong sekali ini saja. Katanya dekat dengan kulit wajah saya.
Maaf, saya pikir kita bisa mencari pemuda yang mencari nona tadi. Kata saya menawarkan. Perempuan muda setuju dan menganggukkan leher jenjangnya.
Mas Ari bisa menemani saya di kafe stasiun buat menantinya, please? Dia tampak membuat parasnya memelas dan saya menurut saja dan menjawab no problem.
Kami pun berdua memasuki kafe yang tidak terlalu ramai namun beraroma capuccino, mengambil meja dan saya memesan kopi sementara dia memesan wedangan.
Selanjutnya tiba-tiba saja kami berbincang seperti dua sejoli lama yang tidak berbatas, saya pun tidak berkeberatan untuk membuang waktu bersama Arumi di kafe Satasiun Balapan, sementara dia menyakinkan saya bahwa pemuda yang mencarinya akan berakhir di ruang kafe ini. Dan saya mempercayainya, tanpa hendak mencampuri privasinya dengan pemuda yang menanyakan saya tadi.