Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kucing Perempuan

3 Juli 2022   11:55 Diperbarui: 3 Juli 2022   11:56 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image from pixabay.com

Mata sipit mbok Wenten melebar maksimal dibarengi pertanyaan yang menggumpal di dalam kepala putihnya. Perempuan muda itu? Dari mana dia berasal? Dia tak pernah melihatnya ada di dalam rumah lelaki tetangga sebelah itu?

Ralf dan perempuan itu menghilang ditelan tikungan dan sinar petang yang merambat, mata kabur mbok terus saja menatap mereka meskipun tersisa cuma bayangan.

Malam ini mbok sukar terlelap, dia seperti menunggu yang kurang dimengerti namun membuat penasaran, tentu saja perempuan muda itu, hingga jarum jam  kamarnya melekatkan angka 12, rumah sebelahnya tetap saja sunyi. hingga membikinnya kelelahan dan tertidur.

Pagi sekali mbok Wenten sudah melangkah longgar keluar, dia mengejar hatinya yang mengganjel sedari malam, lalu tak sabar mengetuk pintu Ralf, itupukul 5:25.

Kupikir kau tak pantas memasukkan seorang perempuan  Ralf! Mbok menyemprot Ralf yang masih mengantuk berpegang tangkai pintu. Perempuan? Ralf berwajah linglung. Namun mbok Wenten yang sudah merasa sebagai ibu sambung tak tertahan untuk mendobrak masuk ke dalam rumah.

Menerjang masuk hingga ke dalam rumah namun perempuan baya itu tak mendapatkan yang dicari. Kau sembunyikan dimana dia , Ralf! Teriaknya berang.

Ralf menghambur berusaha menenangkan situasi. Tidak ada perempuan mbok! Sama sekali tak ada di sini! Katanya menyakinkan, dan mbok pun mengelilingi semua penjuru rumah tanpa menemukan seseorang lain pun. 

Masih tak berputus harap, mbok melabrak pintu kamar tidur dan berputar ke balik almari dan kolong meja, Ralf mengikutinya dari belakang. Mbok Wenten meraba seprei ranjang dan merasakan ngeres, sampai dia mengibas sprei ranjang yang serta merta bulu-bulu halus pun beterbangan ke sekeliling kamar lalu berjatuhan.  

Hei, Lihatlah bulu halus itu! Bukankah kau tidur dengan kucing itu, Ralf? Dimana dia? Tiba-tiba mbok bertanya.  Ralf menggamit lengan mbok Wenten dan berbisik perlahan ke wanita tua itu. Dia sudah tidak di sini lagi mbok! Katanya.

Sejak kejadian tersebut mbok jadi banyak melamun di beranda rumahnya seperti menanti sesuatu pembuktian, hingga satu malam dia mendapati tetanga tuanya let serumah dari rumahnya yaitu menir Jems van Bloomer menggandeng seorang perempuan muda. Mereka berjalan keluar menuju jalan dan hilang di atmosfer malam yang rabun.

Mbok Wenten memandang kedua pasangan berbeda generasi itu sampai menghilang, dan di dalam kepala putihnya dia berniat mengajak berdua bersama Ralf besok, untuk menanyakan tentang kucing yang yang menjadi masalahnya selama ini kepada menir Jems.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun