"Kami adalah tim yang terorganisasi dan memiliki pemain profesional di Liga Belgia (Musa Al-Taamari) serta bersiap sangat baik untuk kualifikasi ini" Ucap Adnan Hamad pelatih Yordania.
Namun sayang pemain penyerang Oud-Heverlee Leuven ini gagal mengeksekusi sepakan penalti ke gawang Nepal, tembakan kaki kirinya lemah dan dapat didorong mudah oleh kiper Nepal.Â
Beberapa peluang juga gagal dimanfaatkan saat Musa Al-Taamari memperoleh bola matang karena tendangannya linear dan kurang power. Malah pemain nomor 10 ini terlihat kontroversi diving di kotak penalti Nepal,Â
saat wasit memberi kado penalti plus kartu kuning untuk satu pemain Nepal yang protes , tapi berikutnya yang mengambil penalti bukanlah Al-Taamari, melainkan pemain nomor punggung 20, Hamza Al-Dardour, pemain pengganti Al-Naimat di forward kiri.
Jadi tampak Musa-Al-Taamari kurang berbahaya, tidak seperti yang dikatakan pelatihnya. Â Mungkin yang lebih fullpower dan kreatif si nomor 15, Ali Olwan, penyerang tengah pencetak gol pertama ke jala Nepal, saya kira pemain ini yang perlu di kawal oleh bek idaman kita, Fachrudin.
Kalo terorganisasi dengan baik emang benul, permainan Yordania juga memiliki kualitas bagus lagi  merata. Namun secara keseluruhan permainan Yordania sebelas duabelas dengan Kuwait, didominasi pemain dengan postur tubuh yang tinggi sehingga mereka mengandalkan bermain bola atas dan umpan gunting dengan kaki-kaki panjangnya, mereka juga memiliki gaya permainan yang sangat langsung.Â
Namun sedikit berbeda dengan Kuwait, skuat Kuwait bermain lamban, tetapi skuat Yordania bermain lebih lamban lagi.
Saat bertanding melawan Nepal, Yordania bermain di garis tinggi, dalam menyerang di kotak penalti lawan, jika penyerangan build up pasti paling tidak ada 4-6 pemain bertebaran di kotak 16 lawan. Jika Yordania melakukan fast break atau serangan balik,  cukup 2 penyerang di kotak lawan, biasanya Ali Olwan dan Musa, atau Ali Olwan dan Al-Naimat.
Jadi beneran yang dibilang pelatih Adnan bahwa Yordania sangat terorganisir dalam menyerang, skenarionya ada dua, penyerang sedikit akan didukung oleh pemain sayap dengan skema build up, dan jika penyerang banyakan akan didukung fullback untuk umpan crossing dengan skema serangan balik.
Tapi Yordania tidak terlalu cepat untuk mengatasi fast break lawan, bahkan sering keteteran. Saat menghadapi Nepal, beberapa kali jarak antara dua center back mereka dengan baris gelandang atau fullbacknya terlalu jauh, sehingga penyerang Nepal nomor 18 sesekali membahayakan belakang Yordania.
Satu kali hampir gol ketika kiper Yordania gugup digeruduk oleh penyerang tunggal Nepal ini setelah dia melewati 2 bek tengah Jordan.
Jika ini terjadi pada Yordania saat berhadapan dengan Timnas, bisa jadi ini makanan empuk buat penyerang kita Lilipaly atau Witan.
Rabaan saya dengan formasi 4-2-1-3, Yordania akan lebih mengorganisasikan keseimbangan depan-belakang mereka tidak akan gegabah melakukakan center gravitynya di daerah pertahanan Tim Garuda. Mereka akan takut kecolongan seperti Kuwait kemarin.Â
Tidak ada yang istimewa dalam pertahanan Yordania dibandingkan barisan penyerangannya, jika Garuda bisa merambah masuk kotak mereka akan lebih mudah memasukkan gol dibandingkan dengan pertahanan Kuwait. Pertahanan Yordania lebih jelek dari Kuwait.
Semenjak Timnas mengalahkan Kuwait, muncul rasa was-was dari tim Jordan ini, seperti yang dinyatakan oleh pelatihnya.
"Tak diragukan lagi bahwa kemenangan Indonesia atas tuan rumah Kuwait mengubah perhitungan grup" Cetus Hamad. Barangkali ini mengisyaratkan Yordania akan merevisi strategi serangnya tidak lagi seperti yang dipikirkannya semula.
Mereka tidak lagi berpikir mereka hanya setara dengan Kuwait seperti yang dikatakan sebelum turnamen dimulai, tapi mereka mulai memasang kuda-kuda untuk menghadapi kuda hitam Tim Siapa Kita.
Bahkan menurut pendapat saya yang masih di awang-awang, jika Yordania melawan Kuwait, pemenangnya adalah Kuwait, karena Kuwait lebih tajam dan sedikit lebih improvisasi dibandingkan Yordania yang bermain sangat standar.
Dalam menghadapi Jordan, Indonesia kudu memakai murni 4 bek tanpa modifikasi, artinya centerback yang firm yaitu Fachrudin dan Rizky Ridho dan dua fulback Asnawi dan Dewangga. Pratama dan Elkan Baggot bisa disimpan dahulu, berhubung serangan Jordan cukup keras dari sayapnya.
Asnawi harus bisa mematikan Al-Naimat atau Ali Olwan dan Dewangga memutuskan serangan Al-Taamari. Selebihnya formasi similar saat menghadapi Kuwait bisa diaplikasikan lagi.Â
Garis playmaker Ahmed Sameer (9), akan bisa diputus oleh Marc Klok-Rachmat untuk mengisolirnya dari suplai bola pemain belakang Yordania. Â
Pembebasan gerak posisi Ricky Kambuaya seperti melawan Kuwait bisa dikerjakan lagi dan bisa mengecoh poros tengah-belakang Yordania pontang-panting, dan Lilipaly bisa cukup duduk manis di depan enggak perlu terlalu turun untuk siap sprint dan nggocek dikit dua bek tengah Yordania yang besar tapi lamban.
Pengendalian build up yang baik dan konsisten dari hulu apapun situasinya, selain rangkaian serangan lebih fokus, juga akan merusak kepercayaan diri dan kesabaran penyerang Yordania.
Apakah Timnas kembali bisa menggulingkan Yordania? Berapa Skornya? Saya tidak tau kerna saya bukan paranormal atau pawang hujan, karena di sana katanya panasnya sampe 42 derajat.
Mudah-mudahan jalan pikiran saya di atas sesuai atau nyrempet-nyrempet dengan di lapangan pertandingan atau malah ngawur?, yah, namanya juga fiksi, harap maklum brader! Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI