Ayolah Totok, bukankah besok hari ulang tahunmu ke 13? Bujuk ibu. Dan saya pun manut melangkah ke dalam.
Ternyata toko itu cukup luas, membikin saya tersepona, sementara ibu menarik lengan saya menuju tempat tertentu, yaitu tempat mainan yang dipenuhi oleh berderet rak yang memajang mainan perang-perangan. Â
Beberapa rak di depan saya terlihat dipenuhi oleh boneka-boneka soldier, lengkap dengan seragam loreng, helmet, dan memegang senjata. Di sebelahnya ada rak yang lebih besar berisi jenis jenis mainan pistol dan senapan laras panjang hingga senjata mesin.Â
Di atasnya ada mainan sajam, seperti belati, bayonet dan kapak yang digunakan untuk perang. Saya menatap sepanjang rak mainan lelaki itu dengan takjub.Â
Ibu menarik saya kearah 2 rak selanjutnya, dimana terpenuhi oleh paket struktur dari rumah perang yang dilengkapi pesawat pemburu, tank dan ampibi.
Lalu ibu mendekatkan wajahnya ke wajah saya.
Adakah yang kamu inginkan dari mainan ini, Totok? Ibu menawarkan sembari menunjuk boneka soldier.
Tidak Ibu! Jawab saya lirih. Karena saya tahu bahwa kami cukup miskin untuk membeli mainan mahal ini, dan lagi saya tak hendak ibu membelanjakan uangnya untuk membeli mainan.
Meskipun di dalam kalbu, saya menginginkan boneka tentara yang ganteng itu berpakaian militer penuh variasi, dengan sikap mereka yang gagah, berbaris, mengisi amunisi, dan menembak.
Apakah engkau yakin, engkau tak menginginkan serdadu itu, Totok? Ibu kembali mengingatkan saya lagi.
Tidak ibu, aku tak menginginkan mereka..
Kemudian kami beranjak ke tempat lain yaitu tempat pakaian dan ibu mengambil sebuah daster yang dirasa pantas, selanjutnya kami menuju ke tempat pakaian remaja. Ibu mengambil stocking dan pakaian dalam lalu mencocokkannya sejenak ke tubuh saya sementara saya hanya terdiam, dan ibu memasukkannya ke dalam keranjang belanja.Â
Tiba di kasir, ibu meminta diambilkan  satu lembar kertas kado berwarna merah dan membayar seluruh belanjaan. Setelah itu kami pulang ke rumah.