Adapun gol satu-satunya yang diperoleh Vietnam adalah hasil bola mati dan itu karena kesalahan antisipasi kiper Malaysia Azri Ghani terlalu cepat maju dan menangkap angin.
Penyerangan Malaysia pun yang bergaya The Citizens, selalu menenangkan tapi berbahaya, selalu ada paling tidak 4 orang dalam formasi serang di depan, dengan winger Lukman Samsudin dan Danial Asri sangat membuat dan 2 penyerangnya yang salah satunya penyerang jangkung nan tampan Abdul Razak (9) tambah berbahaya.
Apakah Timnas bisa menghempaskan Tim Malaya kali ini? Dengan menarik area melebar dan membuat overload di sayap, Â peregangan tengah Malaysia lebih mudah direkayasa oleh Kwateh atau Saddil atau Witan.Â
Jadi peran pemain flank Timnas seperti pasangan Witan-Dewangga atau Rio-Kwateh  mesti kerja keras kalo pengin menang, karena satu-satunya cara membongkar pertahanan Malaya ini dengan meregangkan jarak mereka. Mudah-mudahan bener sih, analisa sedikit mengarang ini.
Namun sekali lagi, pertandingan Indonesia kontra Malaysia ini, lebih diartikan sebagai pertandingan klasik dari 2 musuh bebuyutan seperti filem Benyamin tempo dulu, tapi ini dengan membawa-bawa, kultur dua tetangga yang salah satunya adalah tetangga berisik. Jadi bukan lagi soal sport, bukan lagi soal Sea Games, apalagi medali brons, ini adalah pertandingan gengsi dari dua bebuyutan yang kompleks.
Siapa yang kalah bisa saja berarti nyesek buat pelatih masing-masing, termasuk pelatih Shin Tae Yong. Ibarat dua gajah berantem pelanduk mati di tengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H