Anda keluarga? Tanyanya.
Ah, bukan. Saya temannya.
Okay, ini anda bisa jalan lurus ke kamar 007. Silakan! Katanya.Â
Perlahan aku melangkah menuju lurus ke kamar Gebi 007, terlihat dari jendela kacanya ada beberapa orang berkumpul mengelilingi satu bed pasien. Hati ku berguncang kencang dan perlahan aku membuka pintu kamar rawat, mendapati Gebi terbaring lemah. Aku menghampirinya, menatap tubuhnya yang cekung yang dilibat banyak selang.
Akhirnya kau datang! Katanya hampir tak terdengar. Leherku serasa terhalang.
Kenapa begini Gebi? Tanyaku.
Kanker, aku sudah lama mengidapnya Roi. Katanya semakin dia tampak susah berbicara.
Sejak Robin? Tanyaku.
Ya sejak Robin, sejak aku pertama melihatmu. Kata Gebi.Â
Lalu tak lama dia menutup matanya, Â orang-orang keluarga di sekeliling mulai berdoa, aku meninggalkannya separuh berlari keluar rumah sakit dan terduduk di bangku depan. Aku duduk termangu, aku tidak menangis. Aku hanya diam terpaku tidak berkedip dalam menghadapi kehilangan ke3 ini dan meyakini bakal kembali menghuni rumah pesakitan ini mungkin untuk selama hidupku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H