Saya duduk di tepi tempat tidur, sambil minum soda yang enak, menonton televisi yang jenuh sambil merokok, mendengarkan malam yang mulai menawarkan kehidupan yang aneh.
Saya pikir, saya telah terlalu sering percaya dan menunggu, menunggu di ruangan ini, menatap langit-langitnya yang retak, menunggu telepon, menunggu ketukan, menunggu suara yang kadang membuat saya gila.
Sementara dia menari dengan orang asing di klub, keluar dari pelukan satu cinta dan ke pelukan cinta yang lain.
Sungguh tidak menyenangkan sendiri di dalam kamar ini mendengarkan mati, jauh lebih menyenangkan mendengar namanya di bisikkan dalam kegelapan. Karena pada akhirnya cinta ini tidak akan pernah berhasil dan saya hanya bisa menunggu kapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H