Pebalap Baby Alien, Marc Marquez terpelanting sehabis mengalami shocking highside crash di Turn7 right-hander, sirkuit Mandalika  dalam warming up section Minggu kemarin.Â
Motor Honda RC213V yang masih melaju di sekitar 186km/h (memasuki tikungan 7 pada tahap pengereman penurunan speed ?), Â tiba-tiba melenting dan berputar beberapa kali di udara sebelum motorbike itu menghujam lantai sirkuit dan rusak berat.Â
Beruntung Marc berhasil selamat meski perlu observasi lanjut dan terpaksa absen  dalam MotoGP di International Circuit Mandalika2022 kali ini.
Crash Marquez di jalanan MotoGP 4 strokes ini melengkapi 3 crash sebelumnya dalam usahanya untuk memacu masuk Q1, dan selanjutnya turun ke Q2, namun kecelakaan sebelumnya ini hanya berupa slippery atau slide crash saat ban belakang tidak lagi mampu mempertahankan tread (tapak) area untuk menghasilkan gaya tarik lengkungan karena kehilangan grip daya cengkeramnya.
Sudah umum terjadi bahwa pengereman akan dilakukan bersamaan rider melakukan lean over atau rebahan ketika mulai memasuki tikungan. Ban belakang tidak selalu bisa menahan total beban akibat adanya tambahan dari beban engine plus beban lintasan sudut (cornering load).Â
Grip ban belakang biasanya cukup bila bike mengerem di posisi tegak, namun bila ada tambahan beban tikungan (sentripetal), jumlah vektor gaya menjadi resultan dari 2 beban, yaitu beban motor dan sentripetal, dan beban baru ini bisa jadi melebihi kemampuan dari ban belakang untuk menahan gaya.Â
Kemudian bagian belakang bike akan bergeser dan berputar, bahkan jika ini dibarengi dengan penurunan ke gigi rendah (downshifts) bisa sangat berkibat fatal.
Barangkali saja hal ini yang dialami oleh Marc Marquez saat terpelanting terbang berikut bikenya.
Banyak variabel detil yang bisa menyebabkan sliding atau bahkan melenting, dari pemaksaan pemakaian ban belakang yang lebih kaku dengan koefisien gesek statis yang besar dengan aspal untuk memperoleh gaya sentripetal (gaya lateral menuju pusat lingkaran) yang besar sehingga bisa diperoleh kecepatan maksimum cornering yang lebih besar.Â
Maupun aplikasi lean angle atau sudut rebah yang besar untuk mendapatkan kecepatan cornering maksimum  yang lebih besar. Juga tergantung dari bobot motor dan tentu saja engine powernya. Â