Bermain malas, kedua team yaitu Manchester United dan Tottenham Hotspurs, lalu membuat penonton yang berhati sabar lebih berhak menikmati pertandingan dua grup papan atas sepakbola Britania Raya ini, dari kedua pemalas ini United bermain lebih malas.
 Namun dari pertandingan lesu darah ini bisa tercipta 5 goal, suatu jumlah goal yang banyak untuk satu pertandingan peringkat atas EPL.Â
Kali ini Tottenham Hotspurs memainkan hal yang mendua dibandingkan saat menjungkalkan Manchester City 3-2 dengan politik memotong keras hampir di setiap kepemilikan bola City yang sudah menjadi pakem mereka.Â
Tentu saja menghadapi United tidak perlu ngotot menebas aliran bola, karena United anti possessive, mereka bermain blocking dan posisitoning. Jadilah Antonio Conte memainkan kombinasi potongan pedang dengan bertukar umpan antara jago-jago umpan mereka Kane-Song-Reguilon dan Bentancur.
Setan Merah memasang awal tanda dominasi dengan gol pembuka yang rigid dari sang super star Mister Cristiano Ronaldo di menit 12, dari jarak 22 meter, dari bola segitiga Raphael Varane, lalu backheel Fred ke kaki CR7.Â
Tapi pendudukan MU tidak terlihat setelahnya, mereka kembali bermain seperti jamannya yang sudah jatuh. Meskipn tertinggal, Spurs ternyata lebih menyiratkan bahwa bukan andalah pemenangnya!Â
Dan aura kemenangan Spurs sudah bisa tercium ketika orang-orang berbaju putih merebak hampir di setiap serangan mereka dari mulai kotak 16 hingga 12 United, mulai dari bek kiri Ben Davies yang dianulir sehabis melewati David de Gea, sepakan-sepakan sudut Son yang hujam membuat The Lilywhite lebih superior.
Dan itu tejadi saat pelanggaran tangan penalti yang aneh dari pemuda bersinar MU, full back Alex Terres, mungkin merupakan gambaran ketidakstabilan belakang United saat Pierre-Emile Hojbjerg mulai naik dari gelandang bertahan, bersama teman depannya, untuk merampas kotak de Gea.
Sehingga kerubuhan Harry Kane oleh Matic menerbitkan free kick yang menjadi disaster Alex Terres memukul bola dengan tangannya. Penalti dua orang panjang, Kane dan de Gea dimenangkan oleh Kane.
Kemalasan United di belakang dan tengah lebih menjadi kenyataan ketika beruntung mesin winger mereka masih berjalan normal, Jadon Sancho adalah intruder yang baik dan cepat, pengolah bola dengan skill mencengangkan, dan dia terus berlari di rimba selow MU.Â
Dari Matic yang hanya melambungkan satu umpan panjang peluru, Sancho menerimanya, Â berlari selalu di depan lalu menyeberangkan kepada Cristiano di tengah. Goal kedua orang Portugal! Â Membahanakan pendukung merah, namun belum terdengar teriakan Viva Ronaldo! Â
Babak kedua kembali menggelinding, dengan skor unggul 2-1, Ralf Rangnick menatap takdir Manchester United yang selalu jatuh di babak kedua. Antonio Conte menurunkan tekanan lebih terutama di lini tengah United, dia tahu keruntuhan Manchester United akan menjadi lebih cepat dengan menekan tengah MU.
Kelihatannya incarannya adalah melumpuhkan Paul Pogba, gelandang tengah eksentrik ini memang 'biang kerok'Â bahkan bagi setiap seteru United. Bermain out of the box, Pogba adalah penghancur struktur serang maupun bertahan lawan. Sangat lihai dan innocence. Dan Conte berhasil membekukan tingkah Pogba, dengan mengerahkan sekaligus gerak 4 sekawan gelandang Lilywhite, Hjbjerg, Bentancur, Kulusevski dan Doherty.
Dan itu menjadi kenyataan, ketika Varane tertahan oleh Kane, bola mampir ke gelandang serang Reguilon yang berhak menyepak umpan silang dan Harry Maguire hanya bisa mengaitkan bola alih-alih menahannya, sehingga de Gea yang sudah melar tidak bisa mengembalikan elastisitasnya untuk menjangkau bola belok suicide sang kapten. Skor menjadi empat mata, 2-2.
Di tahap ini, ketika menit menginjak ke 80, adalah merupakan penetapan dari keraguan MU-Ronaldo atau MU-NoRonaldo. Sementara dominasi Spurs di Old Trafford pitch seperti sudah menetapkan arah jalan kemenangan. It's a matter of time bisik Conte dan What's next? Bisik Rangnick.
Lalu bersama berjalannya waktu ke ujung yang tanpa jawaban, Ronaldo memberikan jawabannya, di menit tersisa 8, ketika pemain 7 berusia 37 itu melayang menyeruak dari kerumunan putih dan melampaui center back Ben Davies, melambung dan mennyentuhkan dahi ke bola bulat di angkasa, menyambut corner kick Telles yang menuju kepala pilihan.Â
Adalah sukar dimengerti, mengapa orang bisa berbuat gol begitu. Tak bisa dipercaya! Dan itu Mister Cristiano Ronaldo! 3-2 untuk United! Orang-orang merah menjerit berbeda dari sebelumnya, mereka meneriakkan, Viva Ronaldo!
Setelah kemenangan laga, pelatih Rangnick dengan seringainya menjawab. "Kami hanya bercanda bahwa mungkin masuk akal untuk mengirimnya ke Portugal lagi dan tidak berlatih selama dua hari".
Sebelum pertandingan, diketahui Mister Ronaldo pulang ke Portugal ditengah haru-biru peran besarnya di The RedMan, dan sehabis kepulangannya ke kota heritagenya, Ronaldo membawa lagi sinarnya. Barangkali mirip kisah film, Michael Corleone yang pulang kampung ke Sicilia untuk meminta tuah sia tua Don Tomassino guna menghadapi kemelut para godfathers di Amrik.
Lalu bagaimana selanjutnya? Apakah Manchester United masih memerlukan Ronaldo atau Ronaldo membutuhkan Manchester United? Paling, satu-dua tanding ke depan yang akan memberikan jawaban bagaimana mereka terhubung. Hanya sudah terlihat bahwa, pemuda United tampak tidak terpaku dengan nuansa MU-Ronaldo, seperti Jadon Sancho, Alex Telles, Rashford dan Dalot.
Karena dari laga ini, hanya 1 gol sundulan Ronaldo yang membedakan diantara hattrick ke-2 sepanjang sejarah karir Mister Cristiano Ronaldo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H