Namun saat tenggat waktu, dia harus kembali, dia bilang dia ingin menemui lelakinya. Lagi-lagi saya ngedrop, dok! Saya kembali kehilangan pekerjaan. Saya tidak bisa lagi berkonsentrasi! Katanya belas kasihan. Â
Dari kenyataan ini anda perlu lebih mendalami istri anda, Pak! Komentar saya menatap tajam matanya.
Tapi dokter! Saya mencintainya, namun dia membikin semua penderitaan saya ini, membuat semua kesengsaraan ini.
Dan dokter tahu?
Apakah itu? Tanya saya.
Iatri saya mengorbankan saya persis seperti yang dilakukan oleh istri saya yang lain... Jawab lelaki itu terputus.
Ouwh! Maksud anda, anda pernah menikah sebelumnya ataukah anda mempunyai istri lain? Maaf..! saya bertanya karena tidak menduga akan penjelasan terakhirnya ini.
Lelaki baya di muka saya itu terdiam, dia tidak menjawabnya hanya menatap langit-langit ruang praktek saya. Saya tiba-tiba merasakan tidak enak mendapati ujung konsultasi tak terencana ini.
Okey! Bapak bisa datang 1 minggu ke depan, saya pikir waktu saya cukup hari ini! Sela saya menghentikan konsul. Dan lelaki itu beranjak pamit.
Saya masih memandangi lelaki paruh baya meninggalkan pintu praktek saya, sambil kepala saya dipenuhi untuk memberi advis bagaimana, saya merasa blank untuk menyiapkan pemecahan pasien baru saya ini. Lalu saya berhasrat untuk menemui teman sekolah saya yang jenius untuk mencerahkan advis yang tepat untuk persoalan bapak dan istrinya itu.
Dan ketika keesokan saya berdiskusi dengan kawan jenius saya, dia mengatakan.
Begini kawan! Jika lelaki itu mencintai istrinya, suruh dia bersabar untuk menghadapi takdirnya, sampai persoalannya selesai, dan istrinya akan kembali dan menyadari akan hal yang sesungguhnya.
Jika tidak, dokter bisa menyuruh lelaki itu melempar baju dalam istrinya ke tangga masuk pintu rumah lelaki pacarnya itu, lalu suruh bapak itu pergi mabuk. Lalu mencari pengasuh rumah tangga yang bahenol untuk mengurus rumah tangganya sehari-harinya.
Saya meresapi advis teman pintar saya, menarik nafas dalam-dalam dan merasakan satu persoalan konsultasi telah selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H