Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Setelah Melalui Vietnam, Timnas Bisa Dilanda Keraguan

16 Desember 2021   15:43 Diperbarui: 16 Desember 2021   15:45 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia vs Timnas Vietnam di Piala AFF 2020 Sumber : Twitter/@affsuzukicup

Bejibun analisis yang turun saat usai laga Indonesia melawan Vietnam semalam. Seperti paduan suara bahwa ini pertandingan yang melelahkan dan membosankan bagi penikmat bola. Teknik bermain Vietnam yang tidak kreatif dan parkiran bustrans Indonesia menjadi biang keladinya nih!

Indonesia nambruk dengan komposisi 5-4-1, yang beda-beda tipis (beti) dengan Yunani di piala Eropa 2004, yang menggunakan format  gaek 5-4-1 yang sudah langka ini. Beda tipisnya Yunani bisa meraih tropi Eropa dengan negative football tersebut, meski dibumbui misuh-misuh musuh-musuhnya.  

Cukup lama bermukim di tanah Nusantara, Shin Tae-yong (Sty) barangkali telah mempelajari jas merah, jangan sekali-sekali melupakan sejarah.  Sejarah pasukan Pirate Ship Yunani racikan Otto Rehhagel saat itu bisa oke, kenapa tidak Timnas? Ya, kan?

Ada beberapa variasi 5-4-1 tersaji di handbook of soccer, silakan dibaca kalo enggak males. Tapi kali ini pelatih Korsel kita memilih variasi flat yang paling defensive , dengan 5 di belakang (3 bek tengah dan 2 bek sayap) dan 4 di lini tengah (2gelandang tengah dan 2 gelandang serang), sedang 1 striker di depan kasihan menyendiri (solitaire).  

Itu pula, Sty terlihat menambah penugasan khusus kepada centre back Fachrudin Aryanto, si kaki besi Madura United, sebagai penyapu atau Sweeper, yang juga sudah lama dihapus dari kamus formasi bola sepak modern karena sudah sepuh. Jadi, betapa temboknya timnas bisa dibayangkan!

Namun memasuki awal babak ke dua, variasi grendel ini sedikit di modip dengan masuknya Evan Dimas yang kelihatannya merubah bentuk datar lini tengah menjadi seperti berlian dengan Evan di belakang, Witan, Kambuaya dan Irfan di tengah dengan Kambuaya sedikit didorong kedepan, dan Ezra di paling depan.

Menit awalnya, seperti menjanjikan, kontrol bola tengah mengkilat seperti berlian, tapi enggak lama ambyar, karena orang-orang Vietnam masih cukup segar-bugar.

Satu apresiasi yang keren dari formasi negatif ini adalah kokohnya peran  kedua wing back kita terutama Asnawi, kerna tumpuan 5-4-1 ini ada pada bek sayap yang mesti memiliki stamina ruar binasa untuk melakukan bombing up dan down wing secara terus menerus.
Mungkin ini  salah satu yang menopang "keberhasilan" Timnas memenangkan kosong-kosong  melawan tim kuat Vietnam.d

Kesebelasan Vietnam sendiri, saya lihat, kehilangan jati diri sebagai skuad bergaya 'England before Southgate'. Mereka terlihat  hanya memainkan copy paste Ingris, dari permainan crossing dari sayap, cutting back, overlapping, tendangan jauh ke gawang, sampai yang menyedihkan bermain teknik rondo sederhana untuk mempertahankan kepemilikan. 

Agak ganjil untuk pelatih sekelas Park  dalam menghadapi grendel Timnas, dia tidak mengunggah skenario set piece atau penetrasi individu ke kotak penalti, padahal punya kapabilitas.  Atau, mungkin saja dia jiper kerna Timnas memiliki keahlian menciptakan gol banyak kalo sampai bermain jelek.

Jadi apa yang kita saksikan olah permainan Vietnam semalam seperti sudah mentok, disamping perform anak ajaib Huang Hai (19) dan bomber Chong Phuong (10) di bawah standar. 

Apakah mungkin ini strategi Vietnam untuk memenangkan kompetisi  akhir AFF ini? Kalo dipikir iya juga, ngapain juga Vietnam kenceng-kenceng amat main untuk mengalahkan Indonesia? Lepas aja Indonesia biar bertarung hidup mati melawan Malaysia, toh Vietnam tetap bisa melenggang sebagai juara grup mengalahkan tim lemah Laos dengan mengejar cukup satu selisih gol aja. Iya, enggak sih?

Dan lalu pertandingan menjadi tidak penting, yang krusial adalah laga Indonesia versus Malaysia!

Menurut saya Malaysia lebih berbahaya dari Vietnam baik secara eksternal dan internal. Secara internal kita akan tergoda untuk memainkan skor kosong-kosong lagi daripada meraih kemenangan, karena seri sudah melemparkan Timnas ke final semi. Sementara Malaysia akan pasti menyerang, dalam formasi favorit  pelatih Mister Tan 4-3-3. 

Malaysia memiliki gelsen (gelandang senior) Safawi Rasid yang liat dan solo runnya bahaya, yang membukukan  hat-trick saat mengalahkan Laos. Namun pemain jangkar/playmaker/pivot nya adalah Baddrol Bakhtiar ini, dia mirip Jorghino, jadi setelannya semua dari sini. 

Malaysia juga mirip-mirip permainan kesebelasan liga satu Indonesia dengan gaya Melayu, cuma dia lebih efisien. Permainan Malaysia mengingatkan kita kepada jaman emas, Iswadi Idris, Anjasmara, Rusdiyanto, buat saya Kesebelasan Harimau Malaya ini seperti vintage.

Asumsi saya, sebagai pengikut konservatif, Shin Tae-yong, akan memainkan siaran ulang format 5-4-1, terkenang jas merah kembali, cuma mungkin lebih dikembangkan. 

Secara klasik tipe 5-4-1, memiliki formasi yang bekerja sangat baik pada serangan balik saat  bek sayap memenangkan bola, dia dan satunya, dapat berlari sampai lini depan flank, dan memutar pembentukan 5-4-1 menjadi 3-4-3. Dari sini tinggal memilih umpan melebar ke gelandang sayap atau dimainkan ke atas melalui lini tengah ke striker. 

Untuk ini kedua bek sayap kita, Asnawi dan Pratama memiliki tenaga kuda, karena selain menyerang, mereka juga punya kecepatan untuk pulang ke posisi, saat lawan berbalik menyerang.  

Pertarungan bisa menjadi lebih menarik jika 'amit-amit' Malaysia bisa menciptakan gol, sehingga Timnas harus mengubah permainan menjadi ofensif. Ini baru akan rame, brow!
Entah jika Shin memainkan 4-3-3 sejak awal, mungkin jadi adu banteng. Keren!

Tapi secara keseluruhan, permainan Malaysia jauh lebih konservatif dari Indonesia, dengan menggunakan satu pemain jangkar, Baddrol Bakhtiar (8) tadi, mereka memainkan Jerman seperti masa Beckenbauer. Jadul tapi berbahaya, mereka memiliki banyak pemain yang stylish, individual dan percaya diri, jika di setiap kesebelasannya bermain, hanya dengan menyaksikan sebentar saja, kita sudah tahu itu Malaysia. 

Selalu begitu, sudah signature atau memiliki karakter.  Ingat juga, gaya memegang raket pemain bulutangkis di saat idle, dengan lingkar senar diatas sejajar tangan, itu ciptaan jadul dari Rasyid Shidek, yang jadi mendunia. Malaysia emang boljug (bolejuga).

Jadi Coach Shin musti ati-ati, jangan melihat dari kulitnya, artinya walaupun Malaysia dikalahkan Vietnam 3-0 dan dengan kita 0-0 lawan Vietnam, tapi saat melawan Vietnam, Tiger Malayan melawan dengan prosentasi possesing cukup tinggi yang beti (bedatipis) dengan Vietnam.

Kesimpulannya Malaysia lebih berbahaya daripada Vietnam, karena tidak seperti Vietnam, Malaysia sudah mengenal Indonesia seperti mengenal dirinya sendiri. Jadi Jangan ragu-ragu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun