Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perampokan

10 November 2021   15:13 Diperbarui: 10 November 2021   15:17 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari pixabay.com

Perempuan itu cantik seperti yang pernah hadir. Matanya selalu berbinar pertanda energi yang besar. Rambutnya gemerlap tertimpa cahaya matahari yang memang susah masuk ke dalam kamar tidurku. 

Aroma dadanya mewangi seperti malam menjelang tidur. Wajah tirusnya sedikit serius, tidak menampakkan hal yang main-main. Tubuhnya seimbang, tidak ada bagian yang terlalu besar atau terlalu kecil. Langsing seperti malaikat.

Akhirnya pula kau datang! Aku melenguh terbangunkan oleh aroma tubuhnya ketimbang bau pagi yang busuk dari dalam kamarku.

Rasford yang mengirimku! Katanya dengan tubuh tegak indahnya.

Ah! Bedebah itu! Ugh.. maaf! Petugas itu lagi? Kami terbiasa bicara kasar jawabku. 

Perempuan muda itu tak menanggapi. Mata indahnya berkeliling dan berhenti. Aku akan merapikan dapurmu dahulu! Katanya ringkas. Aku mengangguk mengikutinya.

Dia berjingkat mengambil sikat penyapu dan menyarungkan tangannya, lalu mulai menggosok lantai dapur semula perlahan lalu kencang. Lantai yang berdaki tebal, berminyak dan berdebu memang bebal untuk dibersihkan. Dia berjongkok untuk menambah tenaganya yang ku pikir kecil dari tangannya yang mungil.

Anda memperhatikan saya bekerja? Katanya dengan wajah protes.

Ah! Ya ugh.. tidak! Sorry jika aku mengganggu. Aku tersedak dengan tegurannya dan berjalan menuju pintu ke luar ke beranda depan.

Ku biarkan pintu depan terbuka, dan kupikir dia melanjutkan menggosok lantai, lalu sebagian lagi dinding di sekelilingnya. Aku tak hendak menengoknya, hanya mendengar suara gosokan tangannya seperti berirama. Cukup lama, ku pikir aku berdosa menyisakan lantai dapur yang berbulan tebal oleh lapisan minyak tua. Kemudian aku tenggelam dalam lamunanku.

Aku akan membersihkan kamar mandi! Setelah satu jam dia berteriak dari dalam.

Silakan! Aku menjawab sembari menghembuskan asap rokok di batang ketiga di pagi ini.

Aku bisa mendengar suara beberapa kali bilasan toilet diikuti bunyi halus sikat menyentuh porselen, mengeluarkan juga bunyi yang berirama. Kupikir perempuan cantik ini seorang pekerja rumah tangga yang hebat. 

Bukaan sumbat bak mandi lebih terdengar jelas dilanjutkan sapuan sikat halus dengan suara yang lebih panjang. Bilasan-bilasan air juga mengikuti dan terdengar riaknya sampai ke telinga dari ruang beranda.

Ah! Tiba-tiba saja aku merasakan rasa rumah yang begitu silam yang tak pernah ku rasakan. Aroma harum sabun pembersih menusuk ruang-ruang dalam dan menyeruak keluar hingga beranda tempat ku melamun.

Satu jam pas, suara kerja itu menghilang, dan perempuan itu melongok dari pintu depan. Wajahnya ku lihat memerah, pinggir-pinggir rambutnya sedikit basah tersapu keringat. Dia menyibakkan rambut indah di wajahnya.

Hei! Aku akan membersihkan kamar tidurmu!

Ah! Oke! Aku mengangguk menepis lamunan. Membuang rokokku yang bau asapnya menghalangi wangi sabun pembersih.

Buuk! Buuk! Bruuk! Aku mendengar ranjang tidurku berpindah, mungkin kasur degilku dilemparkannya ke lantai. Aku juga merasa berdosa dengan urusan kasur ini karena sedikit banyak melibatkan  bekas pacar-pacarku. Kupikir bukan beratnya pekerjaan melainkan derita yang harus ditanggungnya, membersihkan kasur beserta kisah-kisahnya. 

Sebentar kemudian aku mendengar tepisan sapu nyere disambung suara besutan sprei penutup ranjang.  Perapihan diakhiri dengan bunyi yang sama. Bruk!Bruk! suara yang terdengar indah buat telingaku yang sudah tenggelam, sementara bau semerbak yang lebih dalam merasuk ke rongga hidungku. 

Perempuan itu terdengar menyemprot pengharum kamar sembari membuka jendela, sehingga aku bisa merasakan kamar yang pernah muda yang pernah hilang.

Anda perlu tukang ledeng dan tukang listrik! Tiba-tiba perempuan indah itu sudah berdiri di belakang ku. Dia memecah kembali lamunanku.

Ah! Aku sudah memanggilnya kemarin! Balasku. 

Oh! Baguslah! Kemudian dia memutar langkahnya kembali ke ruang dalam. Aku mendiamkannya saja, sambil menatap pemandangan biru dari beranda yang mulai disinari bola matahari pagi.

Tak lama tukang ledeng, tukang gas dan petugas telepon datang bersamaan. Mereka beriringan masuk ke dalam ruangnya masing-masing. Tukang ledeng memperbaiki keran dapur dan toilet, tukang gas memperbaiki pemanas, dan petugas telepon memperbaiki telepon.

Jadilah empat manusia itu memenuhi ruang-ruang pribadi saya, memperbaiki sudut-sudut keseharian saya seperti memperbaiki kehidupan lama saya. Dan tentu saja perempuan satu itu yang tercantik, dan saya masih melamun sendiri di beranda, ketika lady itu keluar dengan sinar matanya menatap mata saya.

Saya sudah selesai! Cetusnya ringkas. Apakah nona siap untuk pulang? Aku menayakannya. Tapi wajah semunya terlihat ragu.

Saya pikir belum, saya akan pulang terakhir setelah membersihkan sisa pekerjaan mereka! Tukasnya

Oke! Terima kasih! Aku menjawab. Tapi dia masih tetap disitu menatap wajah ku.

Aku akan memotong kukumu! Katanya lalu dia mengambil tanganku dan mulai memotong. Dan juga kupikir rambutmu! Lanjutnya. Lalu dia mulai mengerjakan potong memotong dengan tangannya yang cekatan. Aku masih melamun meski kami sekarang berdua di beranda.

Tak lama ketiga tukang itu muncul pula di beranda, mereka sudah mengepak tools nya masing-masing.

Kami selesai dan permisi! Kami akan datang lagi esok! Ujar mereka serempak sambil berlalu. Meninggalkan kami berdua, perempuan indah itu dan aku si pelamun.

Mungkin sudah cukup lama anda berada di kekacauan ini! Perempuan itu berbisik setalah rampung memangkas rambutku.

Masih berapa lama lagi kah? Aku bertanya. Satu, mungkin dua bulan! Kita tunggu saja! Jawab wanita itu.

Dan betul tak berapa lama inspektur polisi Rasford datang untuk ketiga kali. Perempuan itu berdiri dan menyongsong petugas polisi itu. Mereka berbisik di kejauhan jarak dari kursiku. Lalu keduanya menghampiriku.

Apakah sudah ada tanda pelakunya, pak petugas Rasford? Aku bertanya.

Petugas polisi Rasford duduk disebelahku dan membuka buku catatannya dan membacanya.

Disini telah tertera catatan progress anda, ini saya bacakan catatan dokternya. Bahwa anda telah putus dengan semua 3 pacar anda. Anda masih tidak bisa tidur, juga tidak bisa makan. Anda bahkan tidak bisa menemukan kecoak untuk diajak berkomunikasi. Sedikit parah, anda telah kehilangan ritme hidup anda.

Lalu petugas Rasford berhenti membaca, dia menatap ku dan berpaling mengerling perempuan itu, sedang aku sendiri masih melamun jauh.

Bagaimana Rasford? Spontan bibirku mendesak. Katakan saja siapa yang telah merampok saya? Aku meneruskan tanya misteri yang masih mengantung itu.

Petugas Rasford menarik nafas dalam-dalam, bersamaan, wanita indah itu mengambil tanganku lembut, mungkin dia berpikir bakal menenangkan dadaku yang mulai sesak.

Petugas Rasford mendekatkan bibirnya ketelingaku dan dia berkata pelan. Maaf! Kesimpulannya: Anda telah dirampok oleh kotoran anda sendiri!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun