Saya ingin menjadi pacar kedua anda! Kata saya tanpa tedeng aling-aling. Sekilas dia terkejut, namun sinar matanya menyurut sejuk. Dia tak menjawab hanya mengambil tangan saya dan menggenggam lembut.
Tak mengapa. Kita bisa berpacaran. Lirihnya. Dan saya merasakan cinta detik pertama yang fenomenal. Sarah, perempuan ini, demikian ideal dan memenuhi mimpi dan meluruskan jalan cinta saya yang selalu bengkok. Memenuhi dahaga kasmaran saya.
Benarkah? Saya seakan tak percaya, mimpi menjadi kenyataan, saya memiliki kekasih yang sudah meiliki kekasih, alangkah indahnya!. Seakan merubuhkan pendapat orang bahwa saya ini manusia abnormal.
Dan ketika hari jatuh larut, saya menawarkan diri untuk mengantar Sarah pulang. Namun dia menggeleng.
Kamu pulanglah dulu Kevin! Aku masih menanti seseorang. Katanya sembari matanya sedikit gelisah mengawasi pintu masuk kafe.
Joni pacarmu? Saya memastikan.Â
Sarah menggelengkan kepalanya yang masih saja menatap pintu luar kafe. Lalu serta merta lengan lentiknya terangkat melambai kearah pintu.
Dan kulihat, seorang lelaki lain membalas mesra lambaian tangannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H