"Siska?"
Perempuan itu membalikkan paras ayunya dan tersenyum. "Hai..Alex" balasnya.
"Betapa kebetulan kita bertemu lagi?" ucap Alex tak percaya. Â "Pulang?" sambungnya.
"Mmm.. mungkin" Siska membalas.
"Oke, tak mengapa. Jadi paling tidak kita bisa berbincang lagi". Alex tak mempersoalkan, nampak hatinya telah tertutup rasa suka dengan keadaan ini, keadaan pulang yang sama seperti ketika perjalanan pergi.
"Saya pikir kamu tinggal di kota J?" Alex coba menggali info. Namun Siska tak menjawab dan hanya tersenyum.
"Aku akan mengantar kamu ke rumahmu nanti, jika kamu tak keberatan.." Alex memberanikan minatnya.
"Ah! Terima kasih.."
Alex melirik ke wajah perempuan disisinya, bibir merahnya yang selalu menyisakan bayang sementara  kecantikannya dirasa seakan pernah menguar di khayalnya, yang tanpa sadar hadir di setiap kebosanan perjalanan panjang  pergi-pulang selama ini.
Lalu suasana kereta senja berjalan perlahan membentur malam, yang kali ini diisi kembali dengan obrolan yang lebih mengasyikkan kedua penumpang ini. Dan Alex seperti larut ke dalam perjalanan itu sendiri, Â bukan ke pada tujuan dari suatu perjalanan.
Ketika pagi merayap dan menghentikan kereta di stasiun kota J, Alex sudah mengerti bahwa Siska tak akan berhenti.
"Saya menepi disini. Sampai jumpa Siska" Alex pamit turun kepada perempuan perjalanannya. Siska kembali seperti saat lalu, senyum dan melambaikan tangan dengan mata berkaca dari dalam kereta.