"Pastinya anda mencintainya.."
"Yaa.. begitu.."
Lalu pembicaraan mereka masih berlanjut beberapa saat untuk hal remeh temeh, sampai waktu kereta malam memberikan tanda tak tertulis untuk para penumpang mengambil lelap, karena kereta baru akan mencapai tujuan di fajar esok.
Perempuan bernama Siska itu masih terpejam saat jendela kereta menyapakan sinar pertama pagi, sedang Alex sudah lebih dahulu terjaga. Mengamati laju dari jendela karena kereta mendekat tujuan. Alex menyentuh perempuan tidur itu. "Siska kita tiba di kota S" kata Alex perlahan. Siska membuka mata indahnya.
"Apakah kamu akan turun disini?" Alex menegaskan akan sebuah kepastian. Siska terlihat lebih cantik dilumur sinar pagi bias jendela, matanya kriep-kriep silau. Tubuh kurusnya mengulet indah, membuat lelaki Alex terpesona.
"No.. terima kasih. Aku terus Alex.." Siska akhirnya menjawab.
"Mmm.. oke. Hati-hati Siska. Sampai jumpa" Alex beberes dan menjauh tempat duduk Siska karena kereta sudah hampir berhenti. Siska mengangguk, matanya seperti kaca. Pintu kereta terbuka dan Alex melompat saat kereta rehat, dari luar dia masih menyusur jendela tempat Siska berada lalu melambaikan tangan. Siska membalas lambaian bersama kereta yang mulai bergerak perlahan lalu menghilang. Alex masih membeku di tempatnya berdiri padahal kereta sudah menjadi titik, seperti merasakan 'dejavu' yang menggurat tiba-tiba di dalam otaknya.
***
Susi pacar Alex, memeluknya erat sehabis sebulan 'daring' dengan kekasihnya. Selanjutnya mereka berpacaran selayaknya sejoli dimadu kasih. Sampai  batas 'weekend' berakhir. Lelaki Alex, sang pujaan hatinya harus memenuhi panggilan karir kembali ke kota J, terpisah kembali untuk satu bulan ke depan.
Dan kini Alex sudah kembali berdiri di pelataran rel di dalam stasiun. Tiba-tiba  dia mulai merasakan peristiwa yang sama yang tidak biasanya. Ada rasa menunggu kereta yang berbeda yang baru kali ini dirasakan, entah kenapa.
Kereta yang dinanti mulai menampakkan  kotak-kotak besinya dan merapat untuk berhenti dibatas penumpang naik. Alex melompat ke atas kereta yang membawanya pulang, dia menuju kursinya yang dari berjarak, dia melihat seorang perempuan duduk di bangku nomor sebelahnya. Hati Alex berdegup, seperti bakal mengulang rasa sampai dia tiba menyentuh nomor kursinya, dia terpana menatap wanita pada pasangan kursinya. Seakan dia begitu tau, meski paras perempuan itu sedang membuang pandang  keluar jendela kereta.