Alex mengejar kereta yang waktunya  hampir habis. Meskipun dia telah melihat atap bangunan stasiun yang menjulang namun tidak berbanding lurus dengan sisa jarak yang mesti di langkahi kakinya. Alex sekarang berkejaran dengan pandangan dekat namun jauh. Ini seperti Susi, gadis yang dicintainya, yang jauh di mata dekat di hati.
Alex pun tiba di di monitor check-in dan memasukkan nomor tiket dengan cepat. Tangan dan badannya dibasahi keringat, sementara nafasnya menyisakan tarikan yang meburu. Â Tepat waktu, Alex melewati penjaga 'gate' batas waktu berangkat kereta lalu menyodorkan cetakan tiket dan kartu lahir dan segera melompat ke anak tangga berjalan yang membawanya ke jalur kereta ke lantai dua.Â
Kereta sedang menjeritkan peluit terakhir pertanda pintu listrik hidrolik segera menutup. Alex meluncur cepat dan melompat. Hupp! Akhirnya!
Atmosfir sejuk interior kereta yang melawan udara luar, dirasakan lebih dingin ketika bertumbukkan dengan tubuhnya yang basah. Â Alex mengenakan 'trucker' jaketnya untuk menyamankan suhu badannya.
"Nyaris, ya?" seorang gadis cantik bersebelahan mengomentari kedatangannya ketika Alex mengambil kursi berdampingan.
"Ah! Jalan begitu padat, saya memutus taksi di tengah macet dan memutuskan turun dan berlari mengejar waktu" jawab Alex.
"Mmm.. Anda memerlukan waktu tambahan kedepan"
"Ya, setuju" Alex tersenyum berbasa-basi dan perempuan itu membalas senyum pula, kemudian memalingkan wajah putihnya ke jendela mengikuti gerak kereta yang berangkat.
"Kemana?" Alex melanjut komunikasi.
"Mmm.. belum pasti" perempuan muda itu menatap mata Alex.
"Bisa jadi di kota S?" Alex berkerenyit mendengar jawaban tak biasa.
"Mungkin.."