"Dia pergi ke sisi lain" Syana ayu menerangkan kepadaku. Dia menyangka diriku bingung.
"Siapa?" tanya ku
"Matahari!" jawabnya.
Aku tidak mengangguk kerna kepalaku sedang tertarik ke barat melihat orang suci itu masuk kedalam ruang kelabu, lalu memasang dengan lembut pembatas malam dan memimpin semua kawanan pergi.
Lalu warna gelap melumuri kami berdua yang berdiri di tengah padang, sementara bukit sekeliling sudah tidak berkaki.
"Inilah satu-satunya pertunjukan yang pernah aku saksikan sebagai kabar hari ini dan esok" kata ku puas.
"Apakah ini akan menghapus kabar keabadian dari buletin lamamu?" Syana bertanya.
"Ya, Syana. Tulisan tentang kabar keabadian yang ku baca di masa lalu seperti terhapus. Tapi...."
"Tapi apa sayang?" Syana bertanya syak.
"Pertunjukan yang kau perlihatkan hari ini dan mungkin esok, Â juga akan menjadi suatu kemungkinan dari keabadian" jawabku.Â
Sementara ku lihat wajah gadis Syana memudar dan menghilang.