Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jam Berhenti

28 Desember 2020   10:40 Diperbarui: 28 Desember 2020   11:05 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh PixxlTeufel dari Pixabay

"Tidak ada itu!" kata saya menolak keras sembari membalik badan memunggunginya dan melambaikan lengan menyuruhnya pergi.  Melanjutkan pembaringan saya yang di fase pagi dengan suara tik-tak jam kesayangan adalah  rasa kehidupan kosmos bagai mesin jam yang tak pernah berhenti. Dan saya kembali tertidur bersama ritme detak yang teratur entah seberapa waktu lama, hingga saya serasa  terbangun di titik teratas siang,  masih malas meregang tubuh untuk bangkit. 

Meski tubuh masih terbaring, tapi saya merasa begitu ringan, membuat saya bebas melayang. Dan saya menikmatinya, hingga tiba sang cucu melangkah masuk  membawa makan siang saya. Mengira saya masih tertidur, dia menyisihkan nampan makanan di atas meja. 

Kemudian menatap jam bulat dinding untuk memastikan angka menunjuk di 12 waktunya santap siang saya. Kedua jarumnya sudah tepat berhimpit di dua belas dan kedua jarum itu membentuk nol derajat, namun segera disadarinya jarum detiknya terlihat sama sekali tak bergerak. Tak ada suara tik-tak, hanya keheningan seperti batas waktu telah terlewati. 

Lalu cucu menurunkan jam mati itu, perlahan menaruhnya di meja. Berjingkat mengambil baterai cadangan di meja sisi ranjang saya, namun kelihatannya urung. Dia menatap wajah saya yang tampak pulas, lama sepertinya dia telah mengerti. Diraihnya kembali jam bulat itu dan di letakkannya menyisi dengan tubuh saya yang tertidur.

Barangkali sang cucu tercinta mengingat pesan terakhir saya, bahwa saya berkeinginan berhenti bersama dengan jam itu untuk menemui pembuatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun