Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Milyaran Mil yang Berat

9 Desember 2020   00:16 Diperbarui: 9 Desember 2020   00:18 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh jacqueline macou dari Pixabay

Menyambut malam pria ini mencapai bibir desa Beth, beberapa kerlip cahaya menampak di kejauhan seperti kunang kunang.

 Atmosfir malam yang dingin, bintang yang menerangi membikin awan menjadi bersih, ini sudah dikenalnya sejak silam, bagai rahmat sekaligus pengorbanan. Sementara dia mengayun langkah dia membiarkan cahaya bintang menyentuh kakinya, seakan menetapkan arah tujuan ke sebuah titik yang terlihat jauh lebih terang. Dari beberapa puluh depa lelaki menatap titik besar itu adalah 'ground zero'. 

Beberapa orang terlihat berkumpul menyingkapkan sebuah pondok kayu sederhana namun  ramah dan benderang berdiri memusat mereka. Semakin mendekatlah sang lelaki penurut ini melihat lagi bahwa disinilah dimulaina penetapan awal ditetapkan oleh pusat desa Beth. Menyalami sekelompok orang-orang sederhana yang pernah sangat dikenalnya. Terhitung dua belas orang yang bergantian menyalami dan memeluknya, wajah mereka terlihat sepuh namun sorot matanya sama seteduh lelaki asing ini.

"Betul kan? Kami telah mendahului tuan" Salah satunya menyapa. "Tentu saja" lelaki itu menyahut singkat. "Apakah kita akan memulainya kembali, guru?". Lelaki asing itu hanya terdiam. Dia memandang orang orang itu, merekalah para penggembala muda yang ditemuinya di siang perjalanannya tadi. Terlihat sekarang telah berubah matang dan berumur dengan gurat wajah ketuaan yang bijak. Tidak lagi paras paras  muda yang sedang berguru. Lalu lelaki itu masuk kedalam pondok yang didalamnya dipenuhi jerami berwarna cahaya, diikuti keduabelas orang orang tadi, mereka tampak bersimpuh mengelilinginya.

Sebelum lelaki penurut itu berbicara, mereka sudah mengenal lewat sinar lembut matanya. Dan pemimpin dari orang orang sederhana itu berucap.
"Guru, jalan menuju desa Beth memang telah diratakan, sejak guru dan kami adalah lelaki lelaki muda. Namun ketika kami menyusuri kembali, dia telah menjadi milyaran mil yang terjal.."

Dan sang Guru hanya menatap keduabelas muridnya yang kemudaanya tadi ditemuinya di padang rerumputan yang telah menempuh 'trekking' milyaran tahun yang berat menyusulnya menuju Bethlehem.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun