Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Fabel Pengantar Tidur

20 Agustus 2020   00:05 Diperbarui: 20 Agustus 2020   00:09 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Jacques GAIMARD dari Pixabay

Malam selanjutnya, saya yang sudah hopeless dengan kehadiran burung malam kesayangan, kembali mendengar lolongan kucing yang sama. Kali ini tepat didepan jendela kamar kami, namun lolongannya saya rasakan berbeda, terdengar begitu memelas. Dan saya pikir, kucing jantan ini sih bukan kepingin kawin, kerna ada derita dalam suara raungannya yang terbata dan satu satu. 

Lalu saya membuka gugel, dan mengetahui hal lain lagi, yaitu selain berahi, lolongan kucing bisa juga menandakan kesakitan, penderitaan dan putus asa. Dan ketika kembali istri saya siap menenteng ember berisi air, saya mencegahnya untuk tidak reaktif mengguyur si kucing itu. Dan benar, kucing jantan itu terlihat menggeliat geliat seakan menahan sakit hebat sembari melolong. 

Saya coba untuk memberikannya sekerat ikan, sisa gurame saus tiram dari makan malam kami, namun sang kucing tidak merespon, kepalanya malah menggeleng lemah. Ketika saya coba untuk menyentuhnya, dia keburu bangkit dan menjauh dengan kakinya yang gontai pergi entah ke mana. Saya dan istri saya saling berpandangan sebelum masuk ke dalam rumah, seakan sudah mengerti akhir dari sang kucing itu.

Dan benar saja, ketika pagi membuka hari dan saya membuka pintu. Tetangga lelaki seberang rumah yang masih single yang bekerja di salon, terlihat repot bersama seorang sekuriti sedang mengangkat kucing mati. 

Saya mendekat dan berbasa-basi, kalo kucingnya mati ya. Dia menjawab santai, betul pak, si abang metong, maksudnya si kucing itu mati. Kerna setiap kucing jantan yang datang ke rumahnya selalu dipanggilnya abang. Saya manggut manggut saja tanpa menjelaskan bahwa semalam sang kucing memang sekarat dan meraung lemah, di depan jendela saya.

Lepas kejadian ini, malam berikutnya, burung kurus hitam saya, tiba-tiba kembali sowan di atas atap saya, mencuit kembali sambil berputar lalu menghilang. Begitu seterusnya saban malam burung malam itu hadir melengking bercuit, sebagai tanda keadaan telah normal kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun