"Ayah, setelah mamah pikir pikir. Bagaimana kalo kita jual televisi kita, toh enggak pernah di tonton juga". Begitu katanya memecah sore yang tenang yang betapa rencana ini menjadi tragedi nasional buat saya.
"Tapi mah.. tapi mah.." belum sempet gagap saya berakhir, sang istri sudah memotong.
"Aahh.. udahlah, ayah kan juga enggak pernah nonton, kalo malem malah bobok duluan"timpal istri saya
"Tapi mah.. tapi mah.." sementara gagapku belum juga reda kembali dia memutus.
" Aaahh.. udahlah yah. Besok tivi mamah lego ajah. Buat beli konde palsu mamah ini lho, kan yang lama udah  mbrodol" sergahnya sambil sedikit mendelik, dan dia meninggalkan saya sendirian yang melongo  bakal kehilangan modus ampuh.
Dan betul saja keesokan sore sepulang kerja, saat saya masuk ruang santai rumah, televisi flet tigapuluh dua inci telah rahib. Membuat saya tertegun dan terduduk lemas.Â
Kerna saya tiba tiba hanya terpikir tentang Hesti, bagaimana lagi cara kami bisa berpadu rindu tanpa modus televisi kalo begini. Dan hati saya mulai berantakan, meski berharap masih bisa bersua atau kepoin dia, meskipun ada rasa pesimis.
Namun inilah kenyataan yang terjadi pada satu minggu berikut, yang betul betul membuat  saya skak mat dan patah hati, ketika saya membaca kabar online, memberitakan bahwa "Tonight Show" sudah berhenti tayang. Dan saya 'speachless'  serta sama sekali tak bisa membendung galau, sementara saya hanya bisa berucap lirih "Selamat berpisah Hesti.."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H