Makanya begitu malam menjelang, saya sering pura pura tidur, memancing supaya istripun terperangkap untuk ikut berangkat tidur, tidak lain hasrat saya untuk bebas bercengkerama dengan si cantik Hesti sementara istri telah terpejam malam.Â
Kerna memang saya sadari, adalah waktu yang dimiliki Hesti sangat terbatas dan enggak bisa diganggu gugat. Kalaulah sedikit terlambat waktu atau sang istri begitu lambat terlelap dalam peraduan, alamat, saya bisa gagal total untuk berjumpa Hesti.
Begitulah tanpa terasa, entah pula disadari istri saya atau tidak, namun hal ini sudah menjadi modus saya, pokoknya mengakali istri saya, bagaimanapun saya mesti bertemu dengan Hesti yang cantik saban malam.
Kerna semalam saja saya tak bertatap, serta merta hari menjadi layaknya hampa udara. Dan parahnya tanpa diketahui istri, saya menjadi 'addict' bahkan menjadi tak lelah memandang detak jarum jam di dinding, menantikan waktu buat berjumpa Hesti sesuai dengan perjanjian meski tak tertulis.
Modus yang sekarang ternyata ampuh adalah, ya itu tadi, pura pura molor lebih dulu ketika malam menjelang, berlagak mematikan televisi, sehingga malam hening, yang mau enggak mau menuntun istri saya ikut juga ngamar bersama saya.Â
Dan saya biasanya dengan hati berdebar menunggu saja, sembari sesekali mengintip bola mata istri saya, buat memastikan apakah sudah menutup sempurna atau masih melek.Â
Nah, begitu saya lihat istri tak bergerak sempurna berpeluk guling, mulailah saya berjingkat keruang tamu untuk berjumpa Hesti sang pujaan hati.Â
Guna kamuflase, saya menyalakan televisi dengan volume yang rendah, sehingga jika sewaktu waktu istri terbangun, saya pun punya alasan bahwa sedang menonton tivi. Selanjutnya saya bebas menikmati kebersamaan saya dengan Hesti, bercanda ria membunuh rindu sambil tak henti menekuri pesona wajah dan mimiknya yang menawan.
Begitulah saban malam, kelakuan saya yang makin membenam kedalam hubungan yang "terlarang" bersama Hesti yang sudah menjelma menjadi kekasih gelap saya.
Cukuplah lama hubungan ini tanpa sepengetahuan istri, dan saya sendiri semakin merdeka terbiasa dengan modus mematikan atau sengaja tak menyalakan televisi di setiap malam turun. Sedangkan istri saya tampak 'fine fine' saja, kerna memang dia sendiri tampaknya kurang begitu suka menonton televisi. Katanya sih bosen, beritanya gitu gitu aja dan banyak hiburannya enggak mendidik.
Sehingga sampai di suatu sore yang cerah, sambil saya ngopi di beranda bersama istri, dia berbincang tentang suatu rencana, yang mungkin buatnya recehan tetapi buat saya ini begitu bernilai.