Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hembusan Kematian

13 Mei 2020   06:46 Diperbarui: 13 Mei 2020   06:55 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh GimpWorkshop dari Pixabay

Dia mendekat ke sosok Pedros yang terbaring lelap, meraba dan mencekik leher tua itu. Pedros tergagap dan kaget setengah mati tanpa sempat berteriak. "Serahkan nafasmu!" begal berdesah garang tepat dihidungnya. "Cepaat!!" .

" Ba..ba..ik..ughh.." Pedros merintih, kerongkongannya tertahan tanpa daya. 

"Ayooh!!.." perompak mendelik dan mengangakan mulutnya sendiri, juga dengan lengan kokohnya, memaksa membuka mulut sang korban . Pedros juga melotot dengan mulut yang lebar menganga. 

"Inilah yang kamu minta.." sahut Pedro lirih, sambil menghembuskan aliran udara sekuatnya dari mulut lebarnya, yang serta merta dihisap rakus oleh mulut lebar sang begal dihadapannya. 

Sekejap tiba tiba sang begal sanggup berdiri tegap, terlihat perubahan sosoknya menjelma segar tanpa darah lagi keluar dari luka lambungnya. Segera begal berniat kabur. 

Namun sebelum hengkang, sang begal sempat menghampiri Ferguso yang lelap dengan ngoroknya, menatap tajam ke wajah polos Ferguso tua yang tidur nyenyak seperti orok. Begal hanya menggeleng lalu berbalik loncat kedalam gulita malam.

Ayam jantan fajar terdengar berkokok, Ferguso mengulet dan mengucek ngucek matanya menyambut pagi. rupanya dia tertidur  seperti mati semalaman. 

Refleks matanya mencari sang teman baru Pedros, yang semalam berbaring agak berseberang, namun tak di jumpai batang hidungnya. Diapun bangkit dan berkeliling mencari. "Kawan Pedros.. kawan Pedros.. dimana anda gerangan?" Ferguso memanggil di tengah pagi namun tiada sahutan. "Mungkin dia sudah duluan" Ferguso menggumam, sambil bersiap melanjut rencana perjalanannya, mencari kehidupan.

Sampai tiba di satu desa yang bernama kampung timur, dia mendapati keramaian disatu rumah sederhana yang dilaluinya. "Ada apa gerangan kisanak?" Ferguso bertanya ke seorang muda disekitar. 

"Itu ibu yang didalam rumah. Anak bayi nya sedang sakit sekarat, pak tua" jawab pemuda. Serentak Ferguso melangkah masuk rumah melewati kerumunan orang. 

"Inikah saatnya?" Ferguso tua menatap sang ibu didampingi sang suami, yang tampak menangis duka, ditengahnya sang 'baby' murni terlihat diam dengan sisa nafasnya yang kecil seperti berjuang merebut udara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun