Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kristal Keliru

11 Maret 2019   23:03 Diperbarui: 11 Maret 2019   23:20 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tengah malam menjelang, gelaplah pasti, awan awan yang menggumpal pun tersaru hitam. Mendung terlacak hanya dari petir yang samar terdengar, kerna selisih muatan minusnya yang masih dini.  Barangkali hujan masih jauh. Begitu Endi merenung, ditengah langkah limbung tak lurus segaris, meninggalkan gedung markas pembekalan strategi juara caleg partai, menuju kamarnya, executive room hotel berbintang lima.

Jleb! Pintu kamar digitalnya menutup empuk. Menggapai minuman ringan, lalu melempar badan di sofa lembut, sedikit membuang muatan dikepalanya yang semula dirasakan edan menyengat. Berbayang wajah wajah caleg yang pandai berbicara lebar tapi tidak bermutu, semakin memberatkan otaknya. Untuk mengangkat pikiran mereka ke level yang lumayan saja susah, dia pesimis. Bayang kekalahan suara di pileg yang menjadi tumpuan membuatnya meremang.

Endi, adalah salah satu petinggi partai yang frugal, cermat, cerdik juga sinikal. Analisis dan cangkemnya tajam, mengiris kawan dan lawan. Strategi politiknya sangat impulsive, langsung menghujam ke core nya, mudah dicerna namun penuh siasat, baik secara privat maupun gerombolannya.

Tetapi edukasi sekarang jauh berbeda dengan jamannya. Literasi sekarang  dirasakan bias, miring lagi, sehingga bisa kesana kesini, susah diprediksi. Itulah yang meresahkan, Endi menjadi gugup memflashback literaturnya yang usang, mau gimana lagi, pikiran pun buntek, kerna konsepnya tidak termakan di keping kepala para yuniornya.

Sedang, sang superior sudah meletakan mahkota di kepalanya, soal suara target di pileg dan pilpres kali ini kudu moncer.

Wahduh!

Endi berbaring teler.

Tulit tulit tulit.. ifon nya berduring dering.

"Helo!"

"Perang total?"

"Hah?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun