Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hadiah Jam Tangan

22 Januari 2019   16:44 Diperbarui: 22 Januari 2019   16:45 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Telah begitu silam Yati kepingin memiliki arloji. Cuma sampai kesini dambaan ini hanya bisa diendapkan ke dasar hati. Dia selalu cemburu melihat ibu ibu belia disekitar kampung hunian memakai jam tangan. Bagi matanya, selain menambah anggun, arloji juga memberi kesan terpelajar.  Yati merasakannya setiap pagi, saat para istri tetangga berbelanja emak sayur langganan, semua memakai rantai waktu ditangan. Tinggal dirinya sendiri tampil dengan pergelangan tangan polos yang lalu disembunyikan kedalam kantong dasternya. Yati hanya bisa melongo menatap sebayanya memilah aneka sayuran dengan cara menggerakkan tangannya secara berlebihan hanya untuk memamerkan arlojinya.

Dikepalanya, tangan tangan lentik itu berlambaian menebar arloji yang berputar bergantian, sehingga membuatnya pusing .

Yati jadi terkucil.

Pagi pagi pasti sakit hati, begitu Yati melenguh sewot.

Kali ini dia akan  mendesak suaminya untuk membelikannya jam tangan. Yati sudah enggak tahan lagi. Lagian lusa adalah hari ulang tahunnya, satu momen yang pas untuk dijadikan alasan, agar suami tak bisa berkelit lagi.  Yati menyiapkan strateginya. Mosok setiap ulang tahun hadiahnya mie ayam terus.

Midok suami Yati memang kondang sebagai tukang mie ayam keliling. Midok adalah lelaki hemat dan realistis. Selalu berhitung cash flow, pemasukan dan penerimaan dan aktuaria. Meski bukan sarjana ekonomi, Midok bisa diklasifikasikan sebagai praktisi atau pelaku ekonomi, kecil kecilan ya udah, masalah buat loh?

Menjelang mentari sore sejajar, Midok sudah tiba di rumah. Memarkir grobak dan merapikan perabotan  lalu  menggeruduk kedalam rumah. Yati menyambutnya dari balik pintu, senyumnya terlalu menawan melebihi standar. Lincah membantu, menating peranti dari tangan Midok kentara tidak seperti lazimnya. Midok yang curigaan, mencium firasat ada maunya, serta merta menyeretnya penasaran ke sofa.

"Hei. Kamu ketauan. Yuk cerita ada apa gerangan?" belum pula bokong merapat, Midok bersoal.

"Nganu..mas Midok..eeeng.." Yati  wajahnya senyum tersapu sapu.

"Yati ayolah. Ada yang engkau inginkan" Midok mengejar.

"Baik mas. Satu hari kedepan mas tau kan?"

"Eheh tentu saja Yati. Ulang tahunmu tak lekang kulupa. Terus.." Midok memintas enggak sabar.

"Aku mau kado jam tangan!" muka Yati terlihat sebel, kerna suaminya enggak nyangkut nyangkut.

Jleb! Midok terdiam. Bola matanya menatap istrinya, pikirannya mulai mengkalkulasi.

"Aku kenyang mas. Saban  yareh, kamu selalu menghadiahkan mie ayam.  Kan, setiap hari aku bisa makan mie ayam dagangan kamu sesukaku. Filosofi kamu absurd" Yati ber unek unek.

"Hadiah yang paling memiliki arti adalah hadiah sumber nafkah, sayang. Aku selalu memberi kado mie ayam spesial disetiap miladmu. Seperti liputan kabar kemarin, Irwan Murssy pengusaha  jam tangan memberikan jam tangan sebagai hadiah ulang tahun kepada Maia Estyanti. So sweet.."Midok berfalsafah.

"Wuidiih.. kejauhan  masku. Harganya saja mencapai satu milyar lebih. Arlojinya juga bertabur permata. Enggak semata berguna untuk melihat waktu, tapi juga mengagumi permatanya mas Midok!" istriku mngisyaratkan perlawanan.

"Lihat sisi baiknya, atuh.  Jangan melihat harganya, tapi tulusnya, dung"

"Tulus penyanyi? Udah ah mas, aku capek" Yati berjingkat ngambek.

Midok memandangi punggung istrinya yang membelakangi menuju dapur.  Bener juga Yati, sudah tahun keempat happy milad, istrinya dihadiahi mie ayam special melulu gegara dia bersikukuh kepada filosofi yang disebut Yati absurd.

***

Bener saja, dilusa hari yang terpagi, Midok sudah mengemas kotak wadah arloji cantik mahal buat ulang tahun yayang Yati. Sementara istri masih terpejam fiksi ulang tahun, Midok sengaja menyiapkan dua bungkusan, satu paket mie ayam spesial, satunya kresek terpisah berisi sayur pelengkap mie ayam.

Kejutan!

Yess! Midok ingin surprise. Dia  menyamarkan kotak arloji dengan membenamkannya dibawah sayuran penyegar mie ayam sehingga tak tampak.

Bibirnya tersenyum marem membayangkan kejutan yang bakal membuat  istrinya meleleh , lalu menjejak ringan, berangkat menyorong gerobaknya, menembus mentari.

***

Sore menyambut sejuk, kali ini memang matahari terhalang awan.

Mie ayam tandas, Midok pulang dengan langkah lekas dan mantap. Hatinya enggak sabaran untuk melihat kayak apa wajah Yati mendapati kejutan ultahnya.

Menjelang rumah, Midok mampir di toko bumbu membeli kekurangan penyedap. Tak dinyana dia bersua dengan emak pengedar sayur hunian yang tengah pula berbelanja.

"Belanja mak?" Midok berbasa basi

"Oh, iya bapak" emak memaling sekejap, menerus tangannya yang asyik memilih bumbu instan bersamaan dengan Midok.  

Ada yang menarik pandangan Midok selain bumbu dihamparan, yaitu jam tangan yang dikenakan emak. Arloji cantik blink, yang rasanya seperti pernah merambah dikepalanya.

Ah, Midok mengusiknya. Seusai membayar dia tancap langkah pulang.

***

Midok menghambur pintu saat istrinya tidak kasat menyambut lazimnya. Dia gumun melihat Yati menggelesot di sofa dengan paras murung. Bertanya tanya hati Midok, mungkinkah Yati menampik hadiah arloji idamannya?

Miduk merapat ke istrinya yang sendu dan memaksa halus bertanya.

"Yayang enggak suka hadiahnya?"

"Enggak! Sudah aku buang mie dan sayurannya. Sama bungkus bungkusnya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun